REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada 2023 lalu, Indonesia dan Korea Selatan (Korsel) merayakan 50 tahun hubungan diplomatik yang semakin erat dan dinamis. Selama setengah abad ini, kedua negara telah menyaksikan berbagai pencapaian dalam memperkuat kerja sama di berbagai bidang, mulai dari ekonomi, pendidikan, hingga kebudayaan.
Momen penting terjadi pada 2017 lalu, ketika kedua negara sepakat untuk mengubah status hubungan bilateral mereka dari strategic partnership menjadi special strategic partnership. Langkah ini menjadi bukti bahwa hubungan Indonesia dan Korea Selatan semakin mendalam dan saling menguntungkan.
Keputusan untuk meningkatkan status hubungan bilateral kedua negara menjadi special strategic partnership tidak hanya mencerminkan pentingnya Indonesia bagi Korea Selatan, tetapi juga sebaliknya. Sebagai satu-satunya negara ASEAN yang memiliki hubungan special strategic partnership dengan Korea Selatan, Indonesia memegang peranan yang sangat penting khususnya dalam bidang ekonomi.
Beberapa waktu lalu, Republika berkesempatan untuk berbincang langsung dengan Kuasa Usaha Ad Interim (KUAI) KBRI Seoul Zelda Wulan Kartika berikut hasil wawancaranya:
Bagaimana Anda melihat hubungan Indonesia dan Korea Selatan?
Indonesia dengan Korea Selatan, memanfaatkan keunggulan masing-masing. Seperti kita tahu, Korea ini investasinya sangat kencang, dia punya capital dan teknologi sangat besar, yang sangat dibutuhkan Indonesia.
Jadi kita mendorong supaya lebih banyak perusahaan Korea yang investasi di Indonesia, khususnya dalam hal industri hilirisasi. Juga dalam, pembangunan ekosistem kendaraan listrik di Indonesia, itu kan sangat kita butuhkan saat ini.
Investasi Korea itu sangat signifikan, mulai dari smelter, pabrik sel baterai, hingga produksi kendaraan listrik, baik roda dua maupun roda empat. Itu tadi di bidang investasi. Sementara di bidang perdagangan, kita juga mendorong peningkatan ekspor Indonesia ke Korea, khususnya untuk ekspor non-migas.
Melalui pemanfaatan berbagai macam fasilitas dan juga perjanjian yang ada, khususnya yang baru berlaku tahun lalu. Pada 2023, Indonesia dan Korea Selatan menandatangani kesepakatan IK-CEPA, yaitu Indonesia-Korea Comprehensive Economic Partnership Agreement.
Dengan memanfaatkan IK-CEPA ini, menyepakati penurunan tarif impor untuk 95 persen produk Indonesia. Jadi ini pastinya akan menguntungkan bagi Indonesia dan Korea. Tapi akan menguntungkan bagi pelaku usaha Indonesia apabila benar-benar mau memanfaatkannya.
Kita juga harus memanfaatkan peluang-peluang yang ada dan jadi unggulan Korea, antara lain di bidang industri atau manufaktur dan kesehatan.Di bidang industri atau manufaktur, investasi Korea di Indonesia ada sekitar 50 persen. Jadi ini sangat mendominasi dalam 5 tahun terakhir.
Sektor ini juga menciptakan multiflyer effects yang dapat berkontribusi dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Khususnya untuk menciptakan lapangan kerja berkualitas dan mendorong industri bernilai tambah yang berorientasi ekspor dan mensubstitusi impor.
Kemudian yang kedua di sektor kesehatan, kita tahu bahwa Korea Selatan juga unggul di bidang kesehatan, khususnya untuk pelayanan kesehatan, estetika, kemudian industri obat-obatan atau farmasi, hingga industri alat kesehatan. Jadi kita mendorong sesuai dengan prioritas pemerintah Indonesia.
Kita mendorong juga peningkatan pelayanan kesehatan yang lebih prima dengan teknologi yang canggih dan juga penguatan sektor kesehatan yang bertaraf internasional melalui peluang medical tourism yang terintegrasi melalui kawasan ekonomi khusus. Ada yang di Sanur, ada yang di Tangerang. Jadi itulah yang sedang kita dorong sekarang.
Kalau ngomongin masalah kerja sama, masalah ekonomi, pasti kan juga ada tantangannya. Apa itu?
Betul sekali pasti ada tantangan. Tidak semuanya mulus-mulus saja. Nah, Indonesia ini memiliki bonus demografi. Kita punya banyak sekali penduduk dengan usia angkatan kerja yang produktif.
Tapi sementara itu, di pihak Korea, mereka itu birth rate-nya, angkatan kelahirannya minus. Jadi penduduknya itu tidak bertambah dalam beberapa tahun terakhir.
Jadi mereka ada kekurangan di situ. Ini mestinya merupakan suatu peluang yang bisa kita padukan antara mereka yang kekurangan tenaga kerja dengan kita yang memiliki tenaga kerja yang sangat banyak.
Tapi di sisi lain, Korea ini industri-nya adalah industri yang berteknologi tinggi. Jadi membutuhkan keahlian. Kita pun dalam hal ini, berarti harus mendidik tenaga kerja kita itu supaya bisa profesional, dapat memenuhi apa yang diminta dari pihak Korea. Yaitu yang menguasai teknologi tinggi dan juga pengetahuan lainnya yang diperlukan.
Nah, disinilah kita berupaya untuk, memadu padankan hal tersebut. Antara lain mendorong kapasitas SDM melalui pendidikan dan pelatihan.