Selasa 12 Nov 2024 22:20 WIB

BCA: Pembiayaan Paylater Tumbuh 169 Persen pada Kuartal III 2024

Kinerja paylater BCA diiringi oleh rasio kredit bermasalah yang terjaga.

Karena masih termasuk sebagai produk pinjaman, penggunaan fitur paylater harus bisa dilakukan dengan cara yang tepat agar tak malah menjadi bumerang yang mengacaukan keuangan.
Foto: Dok. Indodana
Karena masih termasuk sebagai produk pinjaman, penggunaan fitur paylater harus bisa dilakukan dengan cara yang tepat agar tak malah menjadi bumerang yang mengacaukan keuangan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk (BCA) mencatat pembiayaan kredit lewat skema buy now pay later (BNPL) atau paylater telah mencapai Rp 300 miliar pada kuartal III 2024. Nilai ini tumbuh 169 persen secara tahun berjalan (year to date/ytd).

Excecutive Vice President (EVP) Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F Haryana mengatakan layanan paylater BCA terus mencatatkan kinerja positif sejak awal peluncurannya pada Oktober 2023. “Kita lihat bahwa ini merupakan sinyal positif bahwa orang itu memanfaatkan fasilitas ini karena di paylater sangat bermanfaat tampaknya, baik itu untuk teman-teman yang konsumtif maupun lainnya. Seiring dengan pertumbuhan yang triple digit, untuk kredit macetnya,” kata Hera usai menghadiri acara Indonesia Knowledge Forum XIII 2024 di Jakarta, Selasa (12/11/2024).

Baca Juga

Hera memastikan bahwa pertumbuhan kinerja paylater diiringi dengan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) perseroan yang masih terjaga di bawah 2 persen per September 2024. Untuk jumlah pengguna layanan paylater BCA sudah mencapai lebih dari 100.000 orang.

"NPL-nya rendah, di bawah 2 persen. Jadi kita merasa sangat bersyukur kita punya debitur-debitur atau yang menggunakan manfaat paylater itu, yang jadi sangat berkualitas nasabah kita, dan kita berterima kasih juga untuk nasabahnya," jelasnya.

Adapun secara keseluruhan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat piutang pembiayaan lewat skema layanan bayar nanti atau paylater mencapai Rp 7,99 triliun atau meningkat 89,20 persen secara tahunan (yoy).

Peningkatan pembiayaan paylater diikuti dengan rasio pembiayaan macet atau non performing financing (NPF) gross terjaga di posisi 2,52 persen, membaik dibandingkan Juli yang tercatat 2,82 persen.

Sementara, OJK juga melaporkan outstanding pembiayaan lewat fintech P2P lending yang mencapai Rp72,03 triliun per Agustus 2024. Jumlah tersebut mencerminkan kenaikan hingga 35,62 persen secara tahunan (yoy) bila dibandingkan Juli yang sebesar 23,97 persen (yoy).

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement