REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO- Honda Motor Jepang melaporkan penurunan laba operasi kuartal kedua sebesar 15 persen yang mengejutkan pada Rabu (6/11/2024), gagal memenuhi ekspektasi analis karena mengalami penurunan penjualan yang besar di China.
Produsen mobil terbesar kedua di Jepang itu mengatakan laba operasinya mencapai 257,9 miliar yen (1,68 miliar dolar AS) pada kuartal Juli-September, menandai penurunan laba tahun-ke-tahun pertama perusahaan itu dalam tujuh kuartal.
Laba tersebut dibandingkan dengan 302,1 miliar yen pada periode yang sama tahun lalu, dan rata-rata 427,2 miliar yen dari tujuh estimasi analis dalam survei LSEG.
Dikatakan dalam materi presentasinya bahwa hasil penjualan April-September lebih rendah dari tahun lalu terutama karena tekanan di China yang mengimbangi penjualan kendaraan yang lebih tinggi di AS dan Jepang.
Honda mengatakan pekan lalu penjualan kendaraan globalnya menyusut 1,5 persen menjadi 2,8 juta selama sembilan bulan pertama tahun ini, karena penurunan tajam 29 persen di Tiongkok dan penurunan 6 persen di Asia dan Oseania melampaui kinerja yang lebih kuat di pasar utamanya di AS dan Jepang.
Honda khususnya kehilangan pangsa pasar di Tiongkok, pasar otomotif teratas dunia, yang merupakan pasar penjualan dan produksi terbesarnya dari tahun 2020 hingga 2022.
Perusahaan ini mengalami perubahan cepat dari konsumen ke kendaraan listrik, hibrida, dan hibrida plug-in yang dibuat oleh merek Tiongkok. Merek-merek ini telah menarik konsumen lokal dengan harga rendah dan kendaraan yang dilengkapi perangkat lunak.
Honda telah mengurangi tenaga kerjanya di perusahaan patungan dengan Dongfeng Motor dan Guangzhou Automobile Group tahun ini dan telah menghentikan produksi di beberapa pabriknya dalam upaya untuk membuat operasinya lebih efisien.
Kedua perusahaan tersebut mengutip penurunan penjualan dan persaingan dari Tiongkok. Perusahaan tersebut bernasib lebih baik di Amerika Serikat, melaporkan kenaikan 9 persen dalam penjualan kendaraan selama sembilan bulan pertama tahun 2024.