REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pandemi Covid-19 telah menjadi katalisator percepatan transformasi digital Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Menteri Koperasi dan UKM, Teten Masduki, mengamati sebelum pandemi, penetrasi UMKM ke platform e-commerce masih relatif lambat. Namun, kondisi darurat kesehatan global ini memaksa UMKM untuk beradaptasi dengan cepat dan beralih ke ranah digital.
"Selama 10 tahun sejak e-commerce berdiri, UMKM yang terhubung dengan e-commerce hanya 8 juta. Begitu Covid-19 melanda, terjadi lonjakan signifikan. Target pemerintah saat ini adalah mencapai 30 juta UMKM yang terhubung secara digital," ujar Teten dalam acara Forum Diskusi Menteri Koperasi dan UKM Bersama Redaktur Media dengan tema “Pengarusutamaan Strategi Pengembangan Koperasi dan UKM”, Senin (7/10/2024) lalu di Auditorium Kementerian Koperasi dan UKM, di Jakarta.
Meskipun pertumbuhan e-commerce menjadi sorotan utama, Teten menekankan digitalisasi UMKM tidak hanya terbatas pada penjualan online. "Ke depan, kita ingin UMKM juga memanfaatkan teknologi digital dalam proses produksi," imbuhnya.
Hal ini menunjukkan pemerintah memiliki visi yang lebih luas untuk mendorong adopsi teknologi di seluruh aspek bisnis UMKM.
Bantuan Pemerintah untuk UMKM di Masa Pandemi
Menanggapi dampak berat pandemi terhadap UMKM, pemerintah Indonesia di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo telah meluncurkan berbagai program dukungan. Salah satu program yang paling menonjol adalah Bantuan Produktif Usaha Mikro (BPUM).
"Saat dilantik pada tahun 2019, saya langsung dihadapkan pada pandemi Covid-19 yang melanda pada awal tahun 2020 membuat situasi menjadi sangat sulit," kata Teten.
Sebagai respon terhadap krisis, saat itu Kementerian Koperasi dan UKM mengusulkan beberapa langkah strategis, di antaranya restrukturisasi kredit, penundaan pembayaran cicilan, dan subsidi bunga. Langkah-langkah ini bertujuan untuk meringankan beban UMKM yang mengalami penurunan omzet akibat pandemi.
"BPUM sendiri merupakan program yang sangat populer dan berhasil menyelamatkan banyak UMKM, terutama yang mikro," ungkap Teten. Program ini telah menjangkau 12,8 juta pelaku usaha mikro di seluruh Indonesia.