Selasa 01 Oct 2024 17:19 WIB

Kebijakan Moneter Mulai Longgar, Ini Pantauan OJK Terhadap Sektor Jasa Keuangan

Pertumbuhan ekonomi terindikasi mengalami penurunan di mayoritas negara utama.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar.
Foto: ANTARA FOTO
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mahendra Siregar menyatakan bahwa sektor jasa keuangan stabil hingga September 2024, seiring dengan kebijakan moneter yang diperlonggar. Hal itu disampaikan dalam laporan Rapat Dewan Komisioner (RDK) Bulanan September 2024 OJK pada Selasa (1/10/2024).

“Berdasarkan hasil RDK bulanan yang digelar 25 September 2024, kami melihat stabilitas sektor jasa keuangan terjaga stabil dan pasar keuangan menguat di tengah sentimen positif akibat periode pemotongan tingkat bunga bank sentral di berbagai negara,” kata Mahendra dalam konferensi pers yang diadakan secara virtual, Selasa (1/10/2024).

Baca Juga

Mahendra menjelaskan, menurut analisis komisioner OJK, pertumbuhan ekonomi terindikasi mengalami penurunan di mayoritas negara utama. Yang mana Bank Sentral AS The Federal Reserve menurunkan outlook pertumbuhan ekonomi AS pada 2024, diikuti kenaikan pengangguran dan penurunan inflasi.

Lalu di China, terpantau mengalami perlambatan manufaktur, sehingga mendorong peningaktan tingkat pengangguran di level tertinggi dalam enam bulan terakhir, serta tingkat pengangguran muda yang meningkat. Kemudian, tekanan perekonomian Eropa juga semakin dalam, terlihat dari penurunan outlook pertumbuhan ekonomi dan proyeksi inflasi yang meningkat.

“Perkembangan tersebut mendorong bank sentral memulai siklus penurunan suku bunga yang agresif, di mana The Fed menurunkan FFR 50 basis poin (bps) di Tiongkok, PBoC cukup agresif dalam mendukung pertumbuhan ekonomi dengan menurunkan suku bunga kebijakannya dan berjanji akan mengambil kebijakan akomodatif lanjutan, diantaranya menurunkan GWM 50 bps untuk meningkatkan likuiditas perbankan, penurunan uang muka pembelian rumah serta memperpanjang dukungan ke sektor properti selama dua tahun. Selain itu, kebijakan fiskal China juga akomodatif,” jelasnya.

Selain itu, lanjutnya, di Eropa, ECB dan Bank of England juga memulai siklus penurunan suku bunga. Kebijakan moeneter global yang akomodatif tersebut mendorong kenaikan likuiditas di pasar keuangan, tercermin dari penguatan pasar keuangan global di mayoritas negara.

“Di domestik kinerja perekonomian terjaga stabil dengan tingkat inflasi yang terjaga dan neraca perdagangan yang tercatat surplus,” ungkap Mahendra.

Namun, Mahendra menuturkan, meskipun penurunan suku bunga kebijakan mendorong sentimen positif di pasar keuangan, sinyal pelemahan kinerja perekonomian global, tensi geopolitik yang masih persisten tinggi, dan koreksi terhadap harga komoditas mengakibatkan risiko ketidakpastian ke depan masih tinggi.

“Sehingga perlu diwaspadai oleh sektor jasa keuangan dan melakukan langkah antisipatif yang diperlukan,” tutur dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement