Sabtu 21 Sep 2024 09:22 WIB

Alasan Rupiah Tiba-Tiba Menguat, Bahkan Diprediksi Melesat ke Bawah Rp 14 Ribu

Total modal asing masuk bersih ke SBN Rp 21,39 triliun, di saham Rp 51,85 triliun.

Teller menghitung mata uang Dolar AS di kantor cabang Bank Muamalat Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Kamis (30/5/2024).
Foto:

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi bahkan memprediksi dolar AS bisa melemah hingga di bawa Rp 13.700. 

"Siap-siap Rupiah akhir September ke Rp 14.700, saat ini sudah di Rp 15.090, nanti (bisa juga) kalau sudah di Rp 13.700," katanya kepada jurnalis, Jumat.

Ia juga memprediksi BI menurunkan suku bunga sampai akhir tahun sebesar 75-100 bps. Menurutnya, momentum penurunan suku bunga acuan BI ini diperkirakan mendukung pertumbuhan ekonomi agar tetap solid, terutama bagi industri perbankan.

Pelonggaran kebijakan moneter BI tersebut diperkirakan akan mendorong penurunan cost of fund, yang selajutnya akan mendorong penurunan suku bunga kredit. Tujuannya agar permintaan kredit bisa terdongkrak sehingga perekonomian kembali pulih dan membaik di masa transisi pemerintahan.

Sekadar informasi, pemangkasan suku bunga acuan ini adalah yang pertama sejak Februari 2021. Suku bunga BI sempat bertahan di level 3,5 persen sejak Februari 2021 sampai Juli 2022. Kemudian, kenaikan mulai terjadi pada Agustus 2022 hingga Agustus 2024 yang berada di level 6,25 persen.

Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS pada perdagangan Jumat menanjak didukung sentimen risk-on yang meningkat setelah pengumuman hasil rapat Federal Open Market Committee (FOMC) Amerika Serikat (AS) September 2024.

Pada akhir perdagangan Jumat, rupiah naik 89 poin atau 0,58 persen menjadi Rp15.150 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.239 per dolar AS.

"Rupiah menguat didukung sentimen risk-on yang meningkat signifikan setelah pengumuman rapat FOMC September 2024," kata Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat.

Dalam pengumuman hasil FOMC tersebut, bank sentral AS atau The Fed memotong suku bunga Fed Fund Rate (FFR) sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 5 persen.

Selain itu, The Fed juga memproyeksikan perekonomian AS tetap cukup solid, sehingga mengurangi antisipasi perlambatan ekonomi AS yang signifikan.

Josua menuturkan pemangkasan suku bunga kebijakan tanpa prospek perlambatan ekonomi yang signifikan mendorong sentimen risk-on di pasar keuangan global pada sesi Asia.

Pada perdagangan Kamis, mayoritas imbal hasil Surat Berharga Negara (SBN) turun 3-11 bps, menyusul pemangkasan suku bunga yang lebih agresif dari The Fed. Volume perdagangan obligasi pemerintah tercatat sebesar Rp35,02 triliun, lebih tinggi dari volume perdagangan Rabu yang sebesar Rp20,44 triliun.

Pada Rabu, kepemilikan asing atas obligasi Pemerintah Indonesia meningkat sebesar Rp3,60 triliun, sehingga totalnya menjadi Rp854 triliun, setara dengan 14,55 persen dari total yang beredar.

Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Jumat melesat ke level Rp15.100 per dolar AS dari sebelumnya sebesar Rp15.287 per dolar AS.

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement