REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Pemerintah tengah mengembangkan baterai electric vehicle (EV) untuk kendaraan listrik di Indonesia. Seiring dengan pengembangan program tersebut, perusahaan-perusahaan penambang nikel dinilai akan mendapatkan banyak keuntungan dalam jangka panjang.
PT Aneka Tambang Tbk (Antam) sebagai salah satu produsen nikel terbesar di Indonesia salah satunya. Saat ini perusahaan tersebut memang sedang memfokuskan proyek baterai EV tersebut.
“Kami tengah berfokus pada hilirisasi seluruh komoditas perusahaan, di mana pada sektor nikel salah satunya pada penyelesaian proyek baterai EV, baik di hulu maupun di hilir,” kata Sekretaris Perusahaan Antam Syarif Faisal Alkadri dalam keterangannya, Ahad (21/7/2024).
Faisal menuturkan, Antam telah menyelesaikan berbagai tahapan pada pengembangan baterai EV. Pada tahun ini ditargetkan tahapan-tahapannya tersebut bakal segera diselesaikan.
“Saat ini seluruh pekerjaan pada proyek ini berjalan sesuai dengan timeline yang disiapkan. Kami berkomitmen menuntaskan milestone yang sudah direncanakan untuk dirampungkan di tahun ini,” ujarnya.
Sebelumnya, pada 28 Desember 2023, Antam bersama HongKong CBL Limited (HKCBL) telah menyelesaikan transaksi divestasi atas 49 persen saham pada PT Sumberdaya Arindo (SDA) dan transaksi divestasi atas 60 persen saham pada PT Feni Haltim (FHT) dengan total imbalan kas sebesar Rp 7,23 triliun.
“Transaksi ini merupakan bagian penting dalam hal pengoperasian tambang nikel untuk memasok bijih nikel dan pengembangan kawasan industri, serta pembangunan juga operasi pabrik pengolahan dan pemurnian nikel,” kata Faisal dikutip dari siaran pers Antam.
Antam dan HKCBL juga telah menandatangani perjanjian rencana pendirian perusahaan patungan untuk proyek hidrometalurgi (HPAL JVCO) pada 22 Desember 2023. Faisal menyebut transaksi yang telah dilaksanakan akan menjadi landasan penting bagi pengembangan ekosistem EV battery di Indonesia.
“Untuk pendirian HPAL JVCO, ANTAM bersama HKCBL juga senantiasa berkoordinasi agar proses pendirian HPAL JVCO tersebut dapat dilakukan di 2025 mendatang,” kata dia. Eva Rianti