Selasa 16 Jul 2024 15:44 WIB

WIKA Yakin Bisnis Whoosh akan Meningkat

Jumlah penumpang Whoosh mengalami tren peningkatan.

Rep: Muhammad Nursyamsi / Red: Friska Yolandha
PT Wijaya Karya (Wika) optimistis kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh akan memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan.
Foto: Republika/Thoudy Badai
PT Wijaya Karya (Wika) optimistis kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh akan memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Wijaya Karya (Wika) optimistis kereta cepat Jakarta-Bandung (KCJB) atau Whoosh akan memberikan kontribusi terhadap kinerja perusahaan. Sekretaris Perusahaan Wika Mahendra Vijaya mengatakan keyakinan Wika berdasarkan peningkatan jumlah penumpang Whoosh yang menunjukkan tren positif.

Melihat antusiasme masyarakat terhadap Whoosh, lanjut Majendra, Wika yakin dan berharap semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaat dari kehadiran Whoosh. Hal ini juga akan berdampak positif terhadap perusahaan. 

Baca Juga

"Sehingga bisnis KCJB semakin meningkat dan dapat segera memberikan nilai lebih bagi para pemegang sahamnya," ujar Mahendra saat dihubungi Republika.co.id di Jakarta, Selasa (16/7/2024).

Selain potensi pendapatan dari KCJB, Mahendra mengatakan, Wika juga menjalankan penyehatan keuangan melalui delapan stream penyehatan yang telah disetujui oleh pemegang saham. Mahendra menyebut upaya penyehatan emiten konstruksi ini meliputi sejumlah proses seperti restrukturisasi pinjaman perbankan, perbaikan portofolio proyek, serta peningkatan tata kelola dan manajemen risiko.

"Penguatan digitalisasi dan recycling asset investasi yang telah selesai dikerjakan diyakini mampu menghasilkan perbaikan likuiditas yang saat ini telah menunjukan progresnya lebih baik dibandingkan akhir 2023," ucap Mahendra.

Namun, lanjut Mahendra, perusahaan masih memerlukan waktu untuk mencapai target. Wika, sambung Mahendra, menilai dukungan banyak pihak sangat membantu perseroan dalam menjalankan langkah-langkah tersebut secara berkelanjutan.

"Perseroan juga mengucapkan terima kasih dan apresiasi atas banyaknya dukunhan yang diberikan oleh para pemangku kepentingan yang telah mendukung perseroan selama ini," kata Mahendra.

Wika sendiri memiliki 38 persen saham di PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) yang merupakan anak usaha PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI sebagai mayoritas pemegang saham PT Kereta Cepat Indonesia Cina (KCIC) sebesar 60 persen. Sepanjang 2023, BUMN karya ini mengalami kerugian sebesar Rp 7,12 triliun atau melonjak tajam sekitar 11.860 persen dari 2022 yang sebesar Rp 59,59 miliar. 

Dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VI DPR pada Rabu (10/7/2024), Direktur Utama Wika Agung Budi Waskito memaparkan dua faktor utama yang menyebabkan kerugian.

"Ada dua komponen (yang menyebabkan kerugian), pertama beban bunga yang cukup tinggi, kedua, beban lain-lain di antaranya mulai 2022, kami sudah mencatat adanya kerugian dari PSBI atau kereta cepat alias Whoosh yang setiap tahun juga cukup besar," ucap Agung.

Dalam laporannya, Wika mencatat peningkatan beban yang terdiri atas beban lain-lain mengalami kenaikan 310,16 persen menjadi Rp 5,40 triliun. Sedangkan beban keuangan tercatat meningkat 133,70 persen atau sebesar Rp 3,20 triliun pada tahun lalu. 

Sebelumnya, Staf Khusus Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Arya Mahendra Sinulingga mengatakan infrastruktur merupakan proyek yang memerlukan waktu untuk dapat balik modal atau untung. Hal ini biasanya terjadi pada sejumlah BUMN karya yang menjalankan penugasan proyek infrastruktur dari pemerintah, termasuk PT Wijaya Karya (Wika) dalam membangun kereta cepat Jakarta-Bandung atau Whoosh. 

"Bukan menyumbang kerugian, di mana-mana ada investasi dulu," ujar Arya usai meresmikan vending machine dan UMKM Corner Perum Perhutani di Graha Perhutani, Jakarta, Senin (15/7/2024).

Arya mengatakan operasional Whoosh saat ini berjalan dengan baik bahkan tingkat okupansinya terus meningkat. Arya menilai hal tersebut merupakan indikator potensi bisnis kereta cepat yang menjanjikan. 

"Bikin rugi kalau misalnya perusahaannya kereta cepatnya enggak jalan, kalau sekarang masih menuju target," ucap Arya. 

Arya menyampaikan frekuensi perjalanan Whoosh dalam beberapa waktu terakhir terus mengalami peningkatan dari 30 perjalanan pulang-pergi menjadi 40 perjalanan PP. Arya mengatakan frekuensi perjalanan Whoosh ditargetkan mampu mencapai 60 perjalanan PP.

"(Jumlah penumpang) sekarang sudah 21 ribu orang per hari. Jadi ya tidak mungkin tiba-tiba (untung), kan orang jualan masa langsung tercapai, dia bertahap, tapi sekarang sudah bagus," sambung Arya. 

Arya menyampaikan Wika telah memiliki sejumlah strategi dalam memperbaiki kondisi keuangan. Salah satunya dengan melepas kepemilikan saham atau divestasi tiga ruas tol yakni Manado-Bitung, Balikpapan-Samarinda, dan Soreang-Pasir Koja.

"Yang pasti kita rencanakan, mudah-mudahan semua jalan. Itu kan membantu arus kasnya," lanjut Arya. 

Arya menyampaikan BUMN karya seperti Wika merupakan kontraktor dan bukan pengelola jalan tol. Arya menyebut divestasi merupakan langkah perusahaan dalam meningkatkan pendapatan dari hasil investasi pembangunan yang telah dilakukan sebelumnya. 

"Kalau divestasi tidak akan rugi, rata-rata jalan tol yang kita divestasi selama lima tahun ini tidak ada investasinya rugi. Artinya apa yang kita investasikan kemudian kita ambil dari hasil penjualannya itu, sahamnya itu, semuanya menguntungkan, tak ada yang merugikan," sambung Arya. 

Arya menyampaikan BUMN karya terbuka kepada semua pihak yang hendak mengambil alih kepemilikan saham ruas tol. Arya menyebut peluang ini tak hanya ditujukan kepada sesama BUMN, melainkan juga swasta. 

"Belum tahu (untuk INA), nanti kita lihat saja, seperti jalan tol yang kemarin, Jasa Marga itu kan ke grupnya Salim kan. Kalau swasta masuk bagus dong, kita kan pengen seperti itu juga investasinya masuk, pas mereka sudah mulai masuk, berarti mereka lihat ini mulai menguntungkan," kata Arya. 

Muhammad Nursyamsi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement