REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan konsultan properti Colliers Indonesia menilai, Jakarta tidak akan kehilangan daya tariknya sebagai kota tujuan investasi properti. Provinsi dengan jumlah penduduk lebih dari 10,5 juta jiwa ini tetap menarik minat investor walau statusnya tidak lagi sebagai ibu kota negara (IKN).
"Jakarta tidak akan kehilangan daya tarik (dari investor) karena sudah pasti, 'market'-nya ada, korporasinya ada, aktivitas bisnisnya ada, walaupun memang ada kekhawatiran kegiatan-kegiatan besar sebagian besar akan berpindah," kata Kepala Riset Colliers Indonesia, Ferry Salanto, di Jakarta, Sabtu (6/7/2024).
Menurut Ferry, populasi kawasan metropolitan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) yang mencapai 30 juta jiwa tentu mengundang daya tarik para penanam modal. Hal itu pun berlaku bagi dunia pasar properti.
Ia pun meyakini, perubahan status Jakarta yang tidak lagi menjadi IKN tidak akan terlalu mempengaruhi iklim investasi di sektor properti. Sekurang-kurangnya, demikian dalam lima tahun ke depan.
"Populasi dari metropolitan Jakarta yang sampai 30 juta orang itu menjadi satu daya tarik yang tidak bisa dipungkiri. Sebab, itu pasar paling besar untuk investasi properti," tutur Ferry.
Colliers Indonesia mencatat, ada dua juta meter persegi ruang perkantoran di Jakarta yang masih belum tergunakan. Ini antara lain dipicu dampak pemberlakuan model bekerja jarak jauh yang marak sejak era pandemi Covid-19. Okupansi ruang perkantoran diharapkan bisa meningkat seiring dengan proyeksi ekonomi terkait pemerintahan yang baru.
Di sisi ritel, pembangunan mal baru di Jabodetabek masih akan terus berlanjut, setidaknya hingga 2026. Ritel mancanegara juga diperkirakan masih optimis untuk membuka toko pertamanya, terutama di mal-mal kelas atas, yang menunjukkan masih prospektifnya sektor tersebut.