REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Meskipun tren global mengarah pada kendaraan listrik atau Electric Vehicle (EV), di Indonesia konsumen masih lebih memilih mobil hybrid. Alasan utamanya adalah harga Battery Electric Vehicle (BEV) yang masih tergolong tinggi dan kebiasaan masyarakat Indonesia dalam memilih kapasitas mobil.
Chief Executive Officer ACC Hendry Christian Wong mengatakan, konsumen Indonesia masih menyukai mobil dengan tujuh tempat duduk atau seven seater. Untuk itu mobil hybrid masih menjadi pilihan menarik. Kata Hendry, pembiayaan ACC untuk BEV memang tersedia, namun umumnya konsumen yang membeli mobil hybrid atau BEV merupakan second buyer. Mereka membeli BEV sebagai mobil kedua untuk mendapatkan keuntungan seperti bebas ganjil-genap.
"Pembeli BEV itu bukan first buyer biasanya, mereka sudah punya mobil sebelumnya, tapi ingin punya mobil lagi atau biar bisa bebas ganjil genap," ujar Hendry saat ditemui di acara Media Workshop Astra Financial, pada Jumat (21/6/2024) di Bandung, Jawa Barat.
Hendry mengatakan permintaan pasar sejauh ini masih didominasi oleh mobil hybrid dibandingkan BEV, dengan porsi mencapai 90 persen, sedangkan BEV hanya 10 persen. Namun, Hendry menegaskan, ACC sebagai perusahaan pembiayaan kendaraan roda empat, tetap menyajikan layanan pembiayaan mobil Hybrid Electric Vehicle (HEV) dan Battery Electric Vehicle (BEV).
Hingga kuartal 1 2024, Astra Credit Companies (ACC) mencatat kenaikan laba bersih sebesar satu persen dibandingkan dengan kuartal 1 di tahun 2023. Namun, pembiayaan ACC di kuartal 1 melemah sebesar satu persen jika dibandingkan dengan kuartal 1 tahun 2023 lalu.
“Di tahun 2024 ini memang banyak tantangan yang harus dihadapi ACC salah satunya adalah pasar mobil yang cenderung melemah. Namun ACC sudah mempersiapkan beberapa strategi untuk dapat tetap meraih target di tahun 2024 ini,” ujar Hendry. Pembiayaan mobil baru dan mobil bekas semua merek masih mendominasi pembiayaan ACC.