Rabu 12 Jun 2024 19:33 WIB

Rupiah Lanjut Melemah, Nyaris Sentuh Rp 16.300 per Dolar AS

Diperkirakan The Fed akan mengubah suku bunganya.

Rep: Eva Rianti/ Red: Ahmad Fikri Noor
Teller menghitung uang dolar AS.
Foto: Dok Republika
Teller menghitung uang dolar AS.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Mata uang rupiah masih melanjutkan pelemahan hingga Rabu (12/6/2024). Nilai tukar mata uang Garuda terhadap dolar AS nyaris mencapai level Rp 16.300 per dolar AS pada hari ini.

Mengutip Bloomberg, rupiah ditutup melemah 0,02 persen atau 3,5 poin menuju level Rp 16.295 per dolar AS pada penutupan perdagangan Rabu (12/6/2024). Itu melanjutkan pelemahan yang terjadi pada Selasa (11/6/2024) yang melemah 0,05 persen atau 8,50 poin di level Rp16.291 per dolar AS.

Baca Juga

“Indeks dolar stabil di dekat level tertinggi satu bulan pada Rabu, setelah rebound dalam beberapa sesi terakhir untuk mengantisipasi isyarat pada Rabu, pertemuan Bank Sentral Amerika,” kata Direktur Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi dalam keterangan resmi, Rabu (12/6/2024).

Ibrahim menuturkan, diperkirakan The Fed akan mengubah suku bunganya. Namun, setiap sinyal mengenai keputusan suku bunga di masa depan akan diawasi dengan ketat, terutama di tengah maraknya spekulasi mengenai potensi penurunan suku bunga pada September.

“Para pedagang juga mewaspadai kemungkinan sikap hawkish dari The Fed, di tengah tingginya inflasi dan kuatnya pasar tenaga kerja,” tuturnya.

Sebelum pertemuan Fed, data indeks harga konsumen juga akan dirilis pada Rabu, dan diperkirakan menunjukkan inflasi tetap stabil pada Mei. Tren seperti itu memberi The Fed lebih banyak dorongan untuk mempertahankan suku bunga tinggi lebih lama.

Sementara itu, sentimen dari internal, Ibrahim menyebut ekonom menyambut baik pernyataan Bank Dunia yang kembali menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global tahun ini karena ekspansi AS yang kuat. Sembari memperingatkan bahwa perubahan iklim, perang, dan utang yang tinggi akan merugikan negara-negara miskin yang menjadi tempat tinggal sebagian besar penduduk dunia.

“Bank ini menaikkan proyeksinya menjadi 2,6 persen dari perkiraan 2,4 persen di Januari akan menjadi akhir dari setengah dekade terburuk dalam pertumbuhan perdagangan sejak 1990-an. Proyeksi naiknya pertumbuhan ekonomi global akan berdampak positif terhadap perekonomian Asia Tenggara, terutama Indonesia yang digadang-gadang baik oleh pemerintah ataupun Bank Indonesia berada di kisaran 5,11 persen secara tahunan,” jelasnya.

Ibrahim melanjutkan, sebagian besar peningkatan ini berasal dari Bank Dunia yang menaikkan proyeksi pertumbuhan AS menjadi 2,5 persen dari perkiraan sebelumnya sebesar 1,6 persen. Sedangkan tingkat inflasi global diperkirakan akan turun menjadi 3,5 persen tahun ini dan 2,9 persen pada 2025, tetapi turun lebih lambat dari yang diproyeksikan pada Januari.

“Hal ini menandakan bahwa banyak bank sentral akan tetap berhati-hati dalam memangkas suku bunga, yang mungkin akan tetap tinggi menurut standar sebelum pandemi, dengan rata-rata sekitar 4 persen pada 2025 hingga 2026,” ujar dia.

Lebih lanjut, berkaca dari capaian level mata uang rupiah dan trennya serta sentimen eksternal maupun internal, Ibrahim memproyeksikan rupiah akan berfluktuatif dan cenderung mengalami penguatan pada perdagangan Kamis (13/6/2024).

“Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah fluktuatif, namun ditutup menguat di rentang Rp16.250-Rp16.320,” kata Ibrahim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement