REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi menyatakan siap menggandeng lembaga penerbangan internasional dalam memitigasi risiko dan dampak turbulensi demi memberikan keamanan dan keselamatan selama penerbangan.
“Turbulensi pasti memberikan suatu dampak yang tidak baik bagi dunia aviasi, oleh karenanya kita bekerja sama dengan beberapa lembaga internasional,” kata Budi di sela menghadiri pembukaan The 19th Intelligent Transport System (ITS) Asia Pacific Forum 2024 di Jakarta, Selasa (28/5/2024).
Dalam upaya mempelajari dampak turbulensi pesawat, Menhub Budi mengungkapkan bahwa pihaknya akan berkolaborasi dengan lembaga internasional seperti Federal Aviation Administration (FAA). Pekerja sama ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif dalam menjaga keselamatan penerbangan.
Menurutnya, turbulensi bisa menjadi anomali cuaca yang dapat mempengaruhi keselamatan penerbangan, terlebih dalam situasi seperti sekarang ini, di mana terjadi perubahan cuaca yang tidak terduga.
Oleh karena itu, peningkatan kerja sama dengan lembaga internasional seperti FAA menjadi krusial untuk menyikapi perubahan cuaca yang tidak terduga tersebut.
“Turbulensi ini kan bisa jadi satu anomali cuaca yang kita juga alami. Sekarang misalnya bukan musim hujan (tapi) sekarang hujan, itu anomali cuaca sehingga apa yang terjadi di dunia yang urusannya angin, cuaca, dan sebagainya itu adalah perubahan perubahan yang terjadi,” ucap Menhub.
Selain itu, dengan kerja sama antara Indonesia dan lembaga penerbangan internasional seperti FAA akan menjadi kunci dalam menghadapi tantangan seperti turbulensi dan perubahan cuaca yang tidak terduga dan meningkatkan pengelolaan risiko, serta keselamatan penerbangan bagi masyarakat.
“Itu akan membahas apa saja yang harus ditambahkan dalam rangka memastikan safety itu diperoleh dengan baik oleh masyarakat pada jasa industri aviasi,” jelas Budi.
Selain akan menjalin kerja sama, Budi mengaku akan memanfaatkan semaksimal mungkin peran dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam merespons anomali cuaca yang dapat berdampak pada penerbangan.
Dia memastikan bahwa Kementerian Perhubungan akan memaksimalkan fungsi BMKG untuk mengontrol situasi cuaca dengan baik. Hal ini penting untuk menjaga keselamatan penerbangan di Indonesia.
“Tentu kita akan memaksimalkan fungsi BMKG untuk merespons itu. Dan insya Allah di Indonesia kita kontrol dengan baik,” imbuh Budi.
Sebelumnya, penerbangan pesawat Boeing 777-300ER Singapore Airlines menewaskan satu orang setelah pesawat itu mengalami turbulensi pada Senin (20/5) malam. Menurut keterangan di akun resmi Singapore Airlines di X pada Selasa (21/5), pesawat dengan nomor penerbangan SQ321 itu mengalami turbulensi parah saat melakukan perjalanan dari London (Bandara Heathrow) menuju Singapura pada 20 Mei 2024.
Pesawat kemudian dialihkan ke Bangkok dan mendarat pada pukul 15.45 waktu setempat pada 21 Mei 2024. Mereka memastikan bahwa ada korban luka dan satu korban jiwa di dalam pesawat Boeing 777-300ER tersebut.
Kementerian Luar Negeri RI memastikan tidak ada warga negara Indonesia (WNI) yang menjadi korban dalam turbulensi parah yang dialami pesawat Singapore Airlines, yang menyebabkan seorang penumpangnya tewas.
Pesawat dengan nomor penerbangan SQ321 itu mengalami turbulensi parah saat melakukan perjalanan dari London, Inggris menuju Singapura pada 20 Mei 2024. Pesawat kemudian dialihkan ke Bangkok dan mendarat pada pukul 15.45 waktu setempat pada 21 Mei 2024.
“KBRI Bangkok telah berkoordinasi dengan otoritas setempat, tidak ada WNI yang menjadi korban dalam insiden turbulensi yang dialami pesawat Singapore Airlines,” kata Direktur Perlindungan WNI dan BHI Kemlu RI Judha Nugraha melalui pesan singkat, Selasa (21/5) malam.