REPUBLIKA.CO.ID, MELBOURNE -- CEO Climateworks Centre, Anna Skarbek menilai sistem energi ramah lingkungan menjadi fondasi bagi Indonesia mencapai target nol emisi karbon atau Net Zero Emissions (NZE) pada 2060.
"Jadi, sistem energi ramah lingkungan adalah fondasi yang sangat substansial bagi Indonesia untuk mencapai tujuan net zero emissions," kata Anna saat berbincang dengan media asal Indonesia di Melbourne, Australia, kemarin.
Pernyataan itu dikatakan Anna terkait pertanyaan mengenai sektor mana yang harus diutamakan Indonesia untuk mendapatkan hasil yang singkat terkait target NZE.
Menurut anggota Dewan Penasihat Badan Ekonomi Net Zero Australia itu, untuk mencapai target NZE harus didahulukan semua sektor, seperti transisi pembangunan, transportasi, dan industri yang ramah lingkungan. Namun, Anna menilai ketika harus memilih, membangun sistem pasokan energi nol emisi menjadi fondasi, sehingga akan memungkinkan terciptanya rantai pasokan, produksi, manufaktur, transportasi, dan udara bersih.
"Hal itu akan menjadi peluang untuk mengisi permintaan global untuk logam, mineral, dan produk manufaktur ramah lingkungan. Nantinya, menarik pendanaan hijau dan internasional," ujarnya.
Anna mengingatkan agar target NZE berjalan secara efektif, Indonesia harus menerapkan prinsip Everything Everywhere All At Once. Yaitu semua hal terkait nol emisi harus dilakukan serentak.
Dia mencontohkan bukan hanya aset dan pembangkit energi yang menjadi fokus, namun juga pekerja, komunitas, dan pengguna energi ramah lingkungan harus dilibatkan. "Jadi, ketika membahas produk pembangkit energi kepada masyarakat, mereka akan mengatakan 'Kami ingin produk yang ramah lingkungan'. Jadi, pemerintah dan program gabungan bisa membantu menyiapkan pendanaan untuk memenuhi permintaan konsumen tersebut," kata Anna menjelaskan.
Karena itu, lanjutnya, jika semua hal tersebut dilakukan secara terstruktur dengan baik, Indonesia akan bisa segera menerapkan transisi energi dan mencapai NZE.
Indonesia mempertegas ambisi untuk mencapai NZE pada 2060, dengan salah satu cara yang dilakukannya untuk mencapai komitmen tersebut adalah dengan mengembangkan Nilai Ekonomi Karbon (NEK). Indonesia juga memiliki strategi jangka panjang untuk pembangunan rendah karbon dan ketahanan iklim (Long-Term Strategies for Low Carbon and Climate Resilience 2050, LTS-LCCR 2050).
Langkah strategis tersebut memungkinkan pengurangan emisi gas rumah kaca secara lebih tajam mulai tahun 2030 dan mencapai nol emisi karbon pada 2060.