REPUBLIKA.CO.ID, SYDNEY -- Asisten Menteri Perubahan Iklim dan Energi Australia Jenny McAllister menegaskan komitmen negaranya untuk membangun ekosistem kendaraan listrik dan baterai bersama Indonesia.
Dia mengakui bahwa Indonesia berusaha membuat ekosistem manufaktur baterai kendaraan listrik, sebagai upaya mengembangkan energi ramah lingkungan.
"Australia sama seperti Indonesia, mempunyai tujuan yang sama (dengan Indonesia) untuk terus menuju ke hilir untuk diversifikasi investasi dan membangun jaringan produksi," kata McAllister saat berbincang dengan media di Sydney, Australia, Senin (20/5/2024).
McAllister mengatakan pemerintah Australia berminat menjalin kerja sama dengan Indonesia terkait sektor baterai dan kendaraan listrik. Hal itu menurut dia dibuktikan dengan kedatangan Menteri Industri dan Ilmu Pengetahuan Australia Ed Husic ke Indonesia pada akhir tahun 2023 untuk menandatangani perjanjian bilateral kerja sama Indonesia-Australia terkait kendaraan listrik.
"Fokus perjanjian itu adalah mendukung hubungan bisnis dan mendukung riset ilmiah terkait pengolahan mineral dan pengembangan baterai dan berbagi keahlian antara Indonesia dan Australia," ujar McAllister.
Dia mengatakan di internal Australia seperti beberapa pemerintah negara bagian sangat berminat untuk menjalin dan menjajaki kerja sama dengan Indonesia terkait ekosistem kendaraan listrik.
Minat tersebut menurut dia, menunjukkan bahwa ekosistem kendaraan listrik merupakan sektor yang sangat menjanjikan peluang bagi Indonesia-Australia sehingga perlu dilakukan kerja sama yang lebih erat lagi.
"Pemerintah negara bagian Australia Barat bersama Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) sudah menjalin kerja sama. Dan tahun lalu, pejabat negara bagian Australia Barat membawa delegasi pengusaha serta perwakilannya ke Jakarta, Surabaya, dan Denpasar," katanya.
Sebelumnya, Indonesia-Australia meluncurkan program Kemitraan Iklim dan Infrastruktur Australia-Indonesia (KINETİK). Program tersebut terkait kerja sama bilateral antara Indonesia-Australia untuk mengurangi emisi dan mendorong sistem energi serta industri untuk mempercepat transisi menuju nol emisi karbon.
Indonesia menegaskan komitmennya untuk mencapai nol emisi karbon dengan membuat peta jalan khususnya di sektor energi dalam melaksanakan transisi energi bersih. Indonesia berkomitmen menyumbang pengurangan emisi sebesar 358 juta ton karbon (Co2) yang sebelumnya hanya ditargetkan sebesar 314 juta ton.
Sementara itu, Australia menargetkan nol emisi rumah kaca pada 2050. Australia juga menargetkan mengurangi emisi karbon di bawah 43 persen pada 2030.
Pemerintah Australia fokus membuat lingkungan yang baik khususnya di sektor publik. Teknologi solar akan menjadi sektor utama dan saat ini banyak rumah di Australia telah menggunakan solar panel.