Jumat 17 May 2024 17:59 WIB

Pekan Ketiga Mei, Aliran Modal Asing Masuk RI Tembus Rp 22,06 Triliun

Premi credit default swap (CDS) Indonesia lima tahun sebesar 68,98 Bps

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Bank Indonesia (BI) melaporkan terdapat aliran modal asing masuk pasar RI pada pekan ketiga Mei 2024.
Foto: Republika/Prayogi
Bank Indonesia (BI) melaporkan terdapat aliran modal asing masuk pasar RI pada pekan ketiga Mei 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) melaporkan terdapat aliran modal asing masuk pasar RI pada pekan ketiga Mei 2024. Berdasarkan data transaksi 13-16 Mei 2024 nonresiden di pasar keuangan domestik tercatat jual neto Rp 22,06 triliun.  

“Ini terdiri dari beli neto Rp 5,30 triliun di pasar SBN, jual neto Rp 2,40 triliun di pasar saham, dan beli neto Rp 19,17 triliun di Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI)." kata kata Asisten Gubernur Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam pernyataan tertulisnya, Jumat (17/5/2024).

Selama 2024, berdasarkan data setelmen hingga 16 Mei 2024, Erwin mengatakan nonresiden jual neto Rp 42,27 triliun di pasar SBN. Begitu juga dengan jual neto Rp 2,06 triliun di pasar saham dan beli neto Rp 53,18 triliun di SRBI. 

Selain itu, BI juga mencatat premi credit default swap (CDS) Indonesia lima tahun per 16 Mei 2024 sebesar 68,98 basis poin (bps). "Premi CDS Indonesia ini turun dibandingkan 10 Mei 2024 sebesar 71,58 bps," ucap Erwin.

Bank Indonesia juga mencatat yield SBN 10 tahun turun ke level 6,86 persen pada akhir Kamis (16/5/2023). Lalu, pada Jumat (17/5/2024), yield SBN 10 tahun turun pada level 6,75 persen.

Sementara itu, rupiah ditutup pada level Rp 15.920 per dolar AS pada Kamis (16/5/2024). Selanjutnya, rupiah dibuka pada level Rp 16.940 per dolar AS pada Jumat (17/5/2024).

Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan.

Erwin memastikan Bank Indonesia terus memperkuat koordinasi dengan Pemerintah dan otoritas terkait serta mengoptimalkan strategi bauran kebijakan. "Hal ini untuk menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan guna mendukung pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan," ujar Erwin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement