Selasa 14 May 2024 12:24 WIB

Pembiayaan Berkelanjutan BRI Capai Rp 787,9 Triliun di Kuartal I/2024

BRI tetap berfokus pada penyaluran kredit kepada sektor UMKM.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Sebagai dukungan terhadap program ekonomi hijau pemerintah, BRI terus berkomitmen menerapkan sustainable finance melalui implementasi Environmental, Social, dan Governance (ESG).
Foto: BRI
Sebagai dukungan terhadap program ekonomi hijau pemerintah, BRI terus berkomitmen menerapkan sustainable finance melalui implementasi Environmental, Social, dan Governance (ESG).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk berhasil terus meningkatkan portfolio pembiayaan berkelanjutan. Hingga kuartal I/2024 portofolio sustainable financing BRI mencapai Rp 787,9 triliun, atau setara 66,2 persen dari total kredit yang disalurkan dan portofolio investasi government bond BRI.

Direktur Kepatuhan BRI A Solichin Lutfiyanto mengatakan, sebagai dukungan terhadap program ekonomi hijau pemerintah, perseroan terus berkomitmen menerapkan sustainable finance melalui implementasi Environmental, Social, dan Governance (ESG). Ia menjelaskan, penyaluran kredit berkelanjutan ini tercatat tumbuh double digit, yakni 10,8 persen secara tahunan (yoy) dari periode yang sama tahun lalu, sebesar Rp 710,9 triliun.

Baca Juga

“Menyalurkan kredit berkelanjutan, BRI tetap berfokus pada penyaluran kredit kepada sektor UMKM, yang mencapai Rp 700,1 triliun”, ujar Solichin dalam keterangan, Selasa (14/5/2024).

Kemudian disusul pembiayaan kepada sektor hijau senilai Rp 83,1 triliun yang terdiri dari penyaluran kredit kepada sektor pengelolaan sumber daya alam hayati dan penggunaan lahan yang berwawasan lingkungan senilai Rp 54,84 triliun, transportasi hijau sebesar Rp 11,78 triliun, energi terbarukan Rp 6,29 triliun, dan sektor Kegiatan Usaha Berwawasan Lingkungan (KUBL) lainnya sebesar Rp 10,17 triliun. BRI juga memiliki portfolio investasi government bond berbasis ESG senilai Rp 4,7 triliun.

photo
Sebagai dukungan terhadap program ekonomi hijau pemerintah, BRI terus berkomitmen menerapkan sustainable finance melalui implementasi Environmental, Social, dan Governance (ESG). - (BRI)

Tidak hanya dari sisi pembiayaan, BRI pun terus mengupayakan pendanaan berbasis ESG. Tercatat, pada triwulan I tahun 2024, BRI membukukan total bond outstanding sebesar Rp37,2 triliun, termasuk Green Bond milik BRI senilai Rp13,5 triliun yang diluncurkan secara bertahap pada tahun 2022, 2023, dan 2024. Selain itu, BRI juga mendapat pendanaan melalui Sustainability-Linked Loans dan Inclusivity-based Securities.

Penghimpunan dana dan penyaluran kredit ke sektor hijau ini merupakan salah satu upaya BRI dalam mencapai target Net Zero Emission (NZE) di tahun 2050. BRI melakukan berbagai inisiatif, dimulai dari perhitungan emisi gas rumah kaca untuk Scope 1, Scope 2, Scope 3 yang mengacu kepada standar internasional. Emisi scope 3 yang dihitung BRI juga mencakup financed emissions, yaitu emisi tidak langsung yang berasal dari perusahaan-perusahaan yang mendapat pembiayaan dari BRI.

Dari sisi operasional, BRI juga melakukan upaya operational eco-efficiency program yang bertujuan untuk menurunkan emisi perusahaan yang bersumber dari kegiatan operasional, melalui penggunaan 119 eco-friendly cars dan 150 motor listrik sebagai kendaraan operasional kantor, serta instalasi solar panel di 93 unit kerja sebagai alternatif energi rendah emisi.

Tidak hanya di dalam lingkungan bisnis dan operasional kantor, BRI juga berupaya memperluas upaya resiliensi terhadap perubahan iklim dengan melibatkan nasabah dan masyarakat melalui inisiatif BRI Menanam. Program yang melibatkan nasabah, Desa BRILiaN, hingga komunitas luas ini telah berhasil menanam 904.196 pohon dan menjangkau 2.593 desa di seluruh Indonesia dengan potensi penyerapan karbondioksida mencapai 780.606 kgCO2e.

Melalui inisiatif-inisiatif terkait lingkungan, BRI juga berkontribusi terhadap pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), terutama goals No 1 Tanpa Kemiskinan; No 7 Energi Bersih dan Terjangkau; No 8 Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi; No 10 Berkurangnya Kesenjangan; No 12 Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab; dan No 13 Penanganan Perubahan Iklim.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement