Selasa 23 Apr 2024 16:36 WIB

Produksi Kelapa Sawit PT Astra Agro Naik di Tengah Tantangan Produktivitas

Tahun lalu perusahaan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 21,83 triliun.

Rep: Iit Septyaningsih/ Red: Lida Puspaningtyas
PT Astra Agro Lestari Tbk menggelar Public Expose di Jakarta, Selasa (23/4/3024).
Foto: Iit Septyaningsih
PT Astra Agro Lestari Tbk menggelar Public Expose di Jakarta, Selasa (23/4/3024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Astra Agro Lestari mencatat, produksi Tandan Buah Segar (TBS) inti naik sebesar 4,8 persen menjadi 3,31 juta ton pada 2023. Sebelumnya pada 2022 sebanyak 3,16 juta ton.

Perusahaan menilai, industri kelapa sawit dalam negeri memang tengah menghadapi tantangan produktivitas. Salah satunya disebabkan oleh usia rata-rata tanaman nasional yang menua.

Baca Juga

Disebutkan, sebanyak 46 persen merupakan tanaman yang memasuki pertumbuhan negatif. Maka, tantangan peningkatan produktivitas pada 2023 dinilai semakin serius, mengingat siklus el nino yang harus dihadapi.

Presiden Direktur PT Astra Agro Lestari Tbk Santosa mengatakan, tantangan dari sisi harga pun tidak kalah penting. Pada 2022, harga berbagai komoditas mengalami lonjakan yang bisa dikatakan sebagai anomali.

Harga Crude Palm Oil (CPO) di pasar global pada 2022 lalu tercatat sebagai harga tertinggi sepanjang sejarah industri, yakni mencapai 1,813 dolar AS per ton. Dibandingkan 2023, harga rata-rata CPO senilai 964 dolar AS per ton, atau mengalami penurunan hingga 13,9 persen.

“Penurunan harga yang tajam ini menimbulkan koreksi kinerja keuangan industri kelapa sawit Indonesia, termasuk Perseroan,” ujar Santosa dalam Public Expose di Menara Astra, Jakarta, Selasa (23/4/2024).

Ia menyebutkan, tahun lalu perusahaan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp 21,83 triliun atau turun sebesar lima persen dibandingkan periode sama pada tahun sebelumnya. 

Penurunan tersebut dinilai berpengaruh pada laba bersih Perseroan. Perseroan membukukan laba bersih yang dapat diatribusikan kepada pemilik perusahaan menjadi Rp 1,06 triliun, turun sebesar 38,8 persen dibandingkan 2022 sebesar Rp 1,73 triliun.

Meski banyak tantangan, namun kata dia, perseroan optimistis menghadapi masa depan industri kelapa sawit. Dikatakan pula, solusi mengatasi tanaman yang sudah tua yakni dengan terus melakukan replanting. 

“Sepanjang tahun 2023, Perseroan berhasil meremajakan perkebunan seluas 4.713 hektar dengan bibit unggul dari hasil pengembangan research and development kami. Ini menjadi strategi perusahaan dalam peningkatan produktivitas jangka panjang,” tutur dia. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement