Senin 22 Apr 2024 12:09 WIB

Indonesia Pertahankan Surplus Neraca Dagang 47 Bulan Beruntun

Indonesia masih mempertahankan tren surplus selama 47 bulan beruntun.

Pekerja beraktivitas di dekat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Pekerja beraktivitas di dekat peti kemas di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Neraca Perdagangan Indonesia berhasil kembali mencetak surplus pada Maret 2024 sebesar 4,47 miliar dolar AS. Dengan demikian, Indonesia masih mempertahankan tren surplus selama 47 bulan beruntun. 

Badan Pusat Statistik (BPS) menyampaikan, surplus neraca dagang pada Maret 2024 ditopang oleh surplus neraca dagang nonmigas yang mencapai 6,51 miliar dolar AS. Hal itu mengkompensasi defisit perdagangan migas yang mencapai 2,04 miliar dolar AS. 

Baca Juga

Tiga negara penyumbang surplus terbesar untuk Indonesia yakni Amerika Serikat, India, dan Filipina. Sementara, penyumbang defisit terdalam dipimpin oleh Thailand, Brasil, dan Australia.

Sebelumnya, BPS menyampaikan, perkembangan impor pada Maret 2024 mencapai 17,96 miliar dolar AS. Angka impor itu turun 12,76 persen secara tahunan (yoy) sementara secara bulanan turun 2,6 persen. 

Kelompok migas mengalami peningkatan nilai impor baik secara tahunan maupun bulanan. Sementara, kelompok nonmigas mengalami penurunan nilai impor baik secara tahunan maupun bulanan.

Menurut penggunaannya, impor barang konsumsi pada Maret 2024 tercatat sebesar 1,85 miliar dolar AS. Angka itu turun 0,69 persen (mtm) namun naik 4,97 persen (yoy).

Sementara itu, impor bahan baku/penolong mencapai 13,21 miliar dolar AS. Hal itu turun 0,73 persen (mtm) dan turun 12,63 persen (yoy).

Impor barang modal juga turun menjadi sebesar 2,91 miliar dolar AS. Secara bulanan, impor barang modal turun 11,26 persen (mtm) dan secara tahunan turun 21,72 persen.

Sementara itu, BPS mengumumkan kinerja ekspor Indonesia pada Maret 2024 mencapai 22,43 miliar dolar AS. Angka itu naik 16,40 persen dibanding bulan sebelumnya. Jika dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu, ekspor Indonesia justru turun 4,19 persen (yoy).

"Peningkatan ekspor Maret 2024 secara bulanan didorong oleh ekspor nonmigas terutama pada logam mulia dan perhiasan permata (HS71)," ujar Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (22/4/2024).

Ekspor Indonesia secara kumulatif Januari-Maret 2024 turun 7,25 persen dibandingkan periode sama tahun sebelumnya. Dalam periode tersebut, sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan berhasil tumbuh 8,05 persen dengan mencatat nilai ekspor sebesar 1,18 miliar dolar AS. Sementara, sektor pertambangan dan lainnya turun signifikan sebesar 17,31 persen menjadi 11,92 miliar dolar AS.

Kemudian, industri pengolahan juga turun sebesar 4,92 persen menjadi sebesar 45,21 miliar dolar AS. 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement