Rabu 17 Apr 2024 14:10 WIB

Perekonomian China Tumbuh Lebih Cepat dari Prediksi

Pencapaian ini sejalan dengan target China untuk tumbuh 'sekitar lima persen'.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Fuji Pratiwi
Foto yang diambil pada 15 Februari 2023 ini menunjukkan salah satu pabrik kendaraan listrik (EV) China  di Changzhou, Provinsi Jiangsu, Tiongkok Timur.
Foto: Xinhua
Foto yang diambil pada 15 Februari 2023 ini menunjukkan salah satu pabrik kendaraan listrik (EV) China  di Changzhou, Provinsi Jiangsu, Tiongkok Timur.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Perekonomian China tumbuh lebih cepat dari perkiraan pada kuartal pertama. Capaian ini memberikan sedikit kelegaan bagi pemerintah China di tengah pelemahan yang berkepanjangan di sektor properti dan meningkatnya utang pemerintah daerah. 

Data resmi menunjukan, perekonomian terbesar kedua di dunia ini tumbuh 5,3 persen pada Januari–Maret dibandingkan tahun sebelumnya (yoy). Capaian ini jauh di atas perkiraan analis sebesar 4,6 persen dalam jajak pendapat Reuters dan naik dari ekspansi 5,2 persen pada kuartal sebelumnya. Secara kuartalan, pertumbuhan meningkat menjadi 1,6 persen dari 1,4 persen pada tiga bulan sebelumnya.

Baca Juga

"Angka pertumbuhan kuartal pertama yang kuat sangat membantu dalam mencapai target China yang 'sekitar 5 persen' untuk tahun ini," kata ekonom di Moody's Analytics, Harry Murphy Cruise, dikutip Reuters, Rabu (17/4/2024).

Untuk output industri pada bulan Maret tumbuh 4,5 persen dari tahun sebelumnya, di bawah perkiraan 6,0 persen dan naik sebesar 7,0 persen untuk periode Januari-Februari. Sementara penjualan ritel naik 3,1 persen yoy di bulan Maret, meleset dari perkiraan pertumbuhan 4,6 persen dan melambat dari kenaikan 5,5 persen pada periode Januari–Februari.

Untuk investasi aset tetap tumbuh sebesar 4,5 persen setiap tahun selama tiga bulan pertama tahun 2024, dibandingkan ekspektasi kenaikan sebesar 4,1 persen. Ini meningkat 4,2 persen pada periode Januari-Februari. 

Para analis memprediksi target pertumbuhan yang ingin dicapai Beijing sangatlah ambisius, lantaran tingkat pertumbuhan tahun lalu sebesar 5,2 persen yang kemungkinan tersanjung oleh pemulihan dari dampak Covid-19 pada tahun 2022. Namun kenaikan tersebut terhenti akibat penurunan sektor properti, meningkatnya utang lokal, dan lemahnya belanja konsumen.

Beijing pun beralih ke belanja infrastruktur dan manufaktur berteknologi tinggi yang telah dicoba dan diuji untuk mengangkat perekonomian. Namun hal ini menimbulkan kekhawatiran mengenai keuangan publik, sehingga mendorong terjadinya hal tersebut. 

Ekonom di ANZ memperkirakan perekonomian China tumbuh 4,9 persen tahun ini, naik dari 4,2 persen sebelumnya, sementara ekonom di DBS Bank menaikkan perkiraan tahun 2024 mereka menjadi 5 persen dari 4,5 persen. Societe Generale menaikkan perkiraan pertumbuhan tahun 2024 menjadi 5 persen dari 4,7 persen. sementara Deutsche Bank kini memperkirakan pertumbuhan 5,2 persen setengah poin persentase di atas perkiraan sebelumnya.

Pasar menunjukkan reaksi yang tidak terdengar terhadap data tersebut. Para pedagang mengatakan bank-bank milik pemerintah China menjual dolar untuk menstabilkan yuan di pasar dalam negeri. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement