REPUBLIKA.CO.ID, TEHRAN -- Ekonomi rezim Israel mengalami kerugian hingga 56 miliar dolar AS setelah enam bulan melakukan pembantaian atau genosida terhadap penduduk Gaza, Palestina. Mereka juga terkena defisit anggaran parah.
Stasiun TV Al Jazeera melaporkan, Israel turut mengalami peningkatan utang publik yang belum pernah terjadi sebelumnya. Bank Hapoalim rezim Israel telah mengumumkan, sudah saatnya memberikan penilaian terhadap kerusakan ekonomi akibat pembantaian yang sedang berlangsung di Gaza.
"Kami berharap pemerintah akan terus meningkatkan kesejahteraan rakyat," katanya seperti dilansir Nournews, Selasa (9/4/2024).
Namun, disebutkan, data awal menunjukkan biaya konflik itu tidak akan kurang dari 7 miliar dolar AS, yang dapat mencapai 1,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB) rezim pendudukan Israel tersebut.
Para analis percaya, kerusakan ekonomi Operasi Al Aqsa oleh Hamas yang berbasis di Gaza pada rezim Zionis akan jauh lebih menghancurkan dibandingkan konsekuensi pandemi Covid-19. Saat ini ekonomi Israel tengah mengalami salah satu resesi terburuknya.
Disebutkan, Produk Domestik Bruto (PDB) Israel menyusut sebesar 19,4 persen secara tahunan dalam tiga bulan terakhir pada tahun lalu. Kondisi itu dinilai bisa lebih buruk dari semua perkiraan dalam survei Bloomberg oleh para analis, diperkirakan mediannya adalah penurunan sebesar 10,5 persen.
Lalu indeks saham Israel, Shekel melemah sedikit setelah berita tersebut. Kemudian diperdagangkan turun 0,4 persen menjadi 3,62 per dolar pada pukul 3:53 sore di Tel Aviv.