Rabu 10 Apr 2024 04:05 WIB

Pencemaran Limbah Industri Sebabkan Tingginya Kadar Bromat dalam AMDK

AMDK berasal dari tanah asli, kecil kemungkinan mengandung unsur bromida.

Air minum kemasan. Ilustrasi
Foto: VOA
Air minum kemasan. Ilustrasi

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Akademisi menyoroti pencemaran limbah pabrik yang diakibatkan oleh adanya kegiatan industri telah menyebabkan tingginya kadar kandungan bromat di dalam Air Minum Dalam Kemasan (AMDK).

"Kalau tidak terjadi pencemaran, sebenarnya di air minum enggak ada bromatnya. Tapi, karena ada limbah pabrik yang mengandung bromida di sekitar sumber airnya, air kemasan yang berasal dari sumber air itu bisa mengandung bromat," kata Dosen Kimia Institut Teknologi Bandung (ITB) Dr. Handajaya Rusli dalam keterangannya yang disiarkan Antara, beberapa waktu lalu.

Baca Juga

Handajaya menuturkan bromat terbentuk karena ada ozonolisis dari unsur bromida. Jika sebuah pabrik yang memakai bromida dan secara asal membuang limbah ke sungai secara langsung, pembentukan bromat kemungkinan dapat terjadi.

Hal tersebut tentu dikhawatirkan akan mempengaruhi kualitas AMDK karena sumbernya berpotensi ikut mengandung bromat dan berbahaya bagi kesehatan masyarakat. "Namun, bila AMDK berasal dari tanah asli, kecil kemungkinan mengandung unsur bromidanya," kata dia.

Sebagaimana yang dinyatakan oleh Departemen Kesehatan Negara Bagian di New York (Department of Health New York State), katanya, bahwa konsumen yang terpapar bromat dalam jumlah besar bisa menyebabkan risiko kanker. Departemen itu turut menyoroti bila setiap air mineral pasti memiliki kadar bromat di dalamnya. Namun, untuk memperkecil risiko terjadinya kanker akibat minum air kemasan mengandung bromat, maka ditetapkan batas aman kandungan zat ini di air mineral.

"Pada uji yang dilakukan terhadap hewan laboratorium terbukti paparan bromat dalam jumlah besar dalam jangka waktu lama bisa menyebabkan efek sakit ginjal. Sedangkan paparan bromat tingkat tinggi dalam jangka panjang juga menyebabkan kanker seperti yang sudah diuji coba pada tikus," kata Handajaya.

Handajaya mengingatkan, kandungan bromat memang cukup berbahaya. Karena jika dikonsumsi dalam jumlah besar konsumen juga akan mengalami gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, diare, sakit perut hingga gangguan pendengaran.

Oleh karenanya, ia meminta para produsen makanan dan minuman diwajibkan untuk melaporkan secara berkala terkait kandungan kadar bromat tersebut.

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement