REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Bank Central Asia Tbk atau BCA dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) menetapkan penggunaan laba bersih sebesar Rp 48,6 triliun untuk dibagikan sebagai dividen tunai sebesar Rp 270,00 per saham. Angka ini meningkat 31,7 persen dibandingkan dividen tunai yang dibagikan untuk tahun buku 2022.
Dividen tunai tersebut sudah termasuk dividen interim tunai tahun buku 2023 sebesar Rp 42,50 per saham yang telah dibayarkan Perseroan kepada para pemegang saham pada 20 Desember 2023. Sehingga sisa yang akan dibayarkan Perseroan pada tanggal yang akan ditetapkan Direksi Perseroan sebesar Rp 227,50 per saham.
Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja menyampaikan ucapan terima kasih kepada para nasabah atas kepercayaannya, seluruh stakeholders yang terus memberikan dukungan, serta pemerintah, Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan, dan regulator lainnya, sehingga BCA mampu melewati tahun 2023 dengan kinerja solid. Ia melihat perekonomian Indonesia tetap tangguh dan stabil, serta berpotensi terus tumbuh di tengah berbagai tantangan yang ada di tingkat global dan regional.
"Hasil keputusan RUPST BCA hari ini menunjukkan komitmen Perseroan untuk senantiasa memberikan nilai tambah yang berkesinambungan kepada pemegang saham. Kami optimistis atas prospek bisnis ke depan dan tetap melangkah secara pruden sepanjang 2024, sekaligus konsisten mendukung pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor,” kata Jahja.
RUPST dilakukan di Menara BCA Grand Indonesia Kamis (14/3/2023) hari ini. RUPST dilaksanakan secara luring dan daring menggunakan aplikasi yang disediakan PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).
Sebelumnya, BBCA mencatatkan laba bersih terkonsolidasi pada 2023 mencapai Rp 48,6 triliun atau tumbuh 19,4 persen secara tahunan ditopang meningkatnya jumlah penyaluran kredit ke segmen UKM dan konsumer yang naik signifikan per Desember 2023.
Peningkatan volume kredit BCA tumbuh dua kali lipat dalam tiga tahun terakhir. Per 31 Desember 2023, kredit korporasi tumbuh 15 persen mencapai Rp 368,7 triliun, sedangkan kredit komersial naik 7,5 persen mencapai Rp 126,8 triliun.