REPUBLIKA.CO.ID,TOKYO- Nissan Motor Jepang dan Honda Motor sedang mempertimbangkan pengurangan produksi di China karena mereka menghadapi persaingan ketat dari BYD dan pembuat kendaraan listrik lainnya.
Nikkei melaporkan Selasa (12/3/2024), Nissan mungkin menurunkan produksi tahunan di pasar otomotif terbesar di dunia sebanyak 30 persen, atau sekitar 500.000 unit mobil. Sementara Honda memperkirakan pengurangan 20 persen menjadi sekitar 1,2 juta kendaraan.
Seorang juru bicara Nissan mengatakan isi laporan itu tidak benar tanpa memberikan penjelasan lebih lanjut.
Seorang juru bicara Honda mengatakan pihaknya belum memutuskan untuk mengurangi produksi menjadi sekitar 1,2 juta kendaraan di China, dan menolak berkomentar lebih lanjut.
Nissan sedang mengatur ulang basis produksi dengan mitra China dan berupaya menggunakan kelebihan kapasitas untuk memproduksi mobil untuk diekspor ke negara lain di Asia.
Penjualan Nissan, yang merupakan produsen mobil terbesar ketiga di Jepang berdasarkan volume, turun 16,1 persen di China tahun lalu menjadi kurang dari 800.000 kendaraan.
Data Honda menunjukkan, produsen mobil terbesar di Jepang setelah Toyota Motor, turun sekitar 10 persen di China menjadi 1,2 juta kendaraan di 2023.
Munculnya merek-merek China yang berkembang pesat telah menyebabkan pesaing asing kehilangan pangsa pasar di China.
Nissan mengoperasikan delapan pabrik di China melalui perusahaan patungan (JV) dengan Dongfeng Motor.
Honda mengoperasikan empat pabrik di China melalui usaha patungan dengan GAC Group yang didirikan pada akhir tahun 1990-an. Tiga pabrik lainnya melalui usaha patungan dengan Dongfeng yang didirikan pada tahun 2004.
GAC mengatakan dalam tanggapannya kepada Reuters bahwa mereka tidak mengetahui informasi tersebut. Dongfeng tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Nissan mengatakan pada bulan November bahwa pihaknya akan mulai mengekspor mobil dari China ke pasar luar negeri lainnya mulai tahun depan, awalnya menargetkan volume tahunan antara 100.000 dan 200.000 unit.
CFO Nissan Stephen Ma mengatakan bulan lalu perkiraan penjualan perusahaannya diperkecil karena kinerjanya di China.