Rabu 13 Mar 2024 03:33 WIB

Mentan: Penggunaan Alsintan Efektifkan Hasil Panen Padi

Kehilangan hasil saat panen bisa sangat besar bila tidak ditangani dengan baik.

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman terus mendorong penggunaan teknologi berupa alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam mengakselerasi produksi beras. (ilustrasi)
Foto: Dok. Kementan
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman terus mendorong penggunaan teknologi berupa alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam mengakselerasi produksi beras. (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman terus mendorong penggunaan teknologi berupa alat dan mesin pertanian (alsintan) dalam mengakselerasi produksi beras nasional untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi produksi saat panen padi.

“Kalau menggunakan teknologi, biaya turun 60 persen, produktivitas bisa dua kali lipat naik, losses-nya 10 persen, dan 10,2 persen kita bisa ambil," kata Mentan Amran dalam keterangan di Jakarta, Selasa (12/3/2024).

Baca Juga

Mentan menyampaikan panen raya sudah mulai berlangsung di berbagai wilayah, sehingga Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggiatkan penggunaan alsintan, salah satunya untuk menekan kehilangan hasil (food losses) saat panen. “Kehilangan hasil saat panen bisa sangat besar bila tidak ditangani dengan baik,” ujar Amran.

Amran menjelaskan terdapat beberapa tahapan pascapanen, mulai dari pemanenan, perontokan, pengangkutan, pengeringan, penggilingan, penyimpanan, dan pemasaran. Titik kehilangan hasil terjadi pada tahapan pemanenan, penumpukan sementara panenan padi, dan perontokan untuk menghasilkan gabah.

Dia menyebut salah satu alsintan yang efektif untuk menekan kehilangan hasil adalah combine harvester yang mampu menekan losses hingga 1-2 persen. “Mesin ini mampu memotong padi, merontokkan, dan membersihkan butiran gabah dari kotoran,” ujar Amran.

Terpisah, Kepala Badan Standardisasi Instrumen Pertanian (BSIP) Fadjry Djufry mengungkapkan Kementan telah berinovasi menghasilkan Mini Combine Harverster (MICO) yang disesuaikan dengan lahan sawah Indonesia yang umumnya sempit dan berlumpur dalam.

Fadjry menuturkan ukuran MICO memiliki panjang 260 cm, lebar 180 cm, dan tinggi 170 cm dengan bobot 800 kg. Dengan lebar kerja 1,2 meter dan kapasitas kerja mesin 7-9 jam/hektare. “Mini Combine Harvester dapat lebih mudah beroperasi dan bermanuver di petakan sawah yang tidak terlalu lebar,” katanya pula.

Fadjry mengungkapkan teknologi alsintan tersebut telah dilisensi oleh perusahaan swasta, seperti PT Lambang Jaya, PT Adi Setia Utama Jaya, dan PT Sarandi Karya Nugraha. Artinya, Mini Combine Harvester telah diproduksi untuk diadopsi oleh petani. “Kami harapkan petani dapat menggunakan teknologi tepat guna, terutama untuk mengamankan hasil panen dari kehilangan hasil. Dengan demikian, hasil panen menjadi lebih optimal,” kata Fadjry pula.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement