REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Awalnya, BYD China merupakan produsen baterai dan mencoba membuat mobil, ketika diluncurkan pada 2007. Saat itu, eksekutif asal Amerika Serikat ada yang menertawakan cat mobil yang tidak bagus dan pintunya yang kurang cocok dengan model mobilnya.
“Mereka (mobil BYD) adalah bahan tertawaan industri,” ujar analis mobil China, Michael Dunne, melansir Times of India. Tapi sekarang, tidak ada yang menertawakan BYD.
Tahun lalu, Tesla kalah telak dengan BYD, dalam hal penjualan mobil listrik. BYD membangun pabrik perakitan di Brasil, Hungaria, Thailand, dan Uzbekistan, kini bersiap juga untuk membangun di Indonesia dan Meksiko. BYD juga memperluas pasarnya ke Eropa.
Penjualannya sudah mencapai satu juta unit dalam dua tahun terakhir. Pencapaian ini terakhir kali terjadi pada penjualan General Motors di 1946, itupun karena perusahaan tersebut menangguhkan mobil customer selama empat tahun dampak dari Perang Dunia II.
Berbasis di Shenzhen, BYD menunjukkan bagaimana China dapat memanfaatkan dominasi negaranya, khususnya pada mobil listrik. BYD memimpin ekspor mobil listrik dan bahkan membuat kapal pengangkut mobil terbesar di dunia.
Kapal yang diberi nama BYD Explore No. 1 berlayar dari Shenzhen dengan 5.000 mobil listrik, dan ditargetkan tiba di Belanda pada 21 Februari 2024. Tetapi keberhasilan China dan BYD ini menjadi perlu adanya pengawasan lebih.
CEO Tesla Elon Musk memperingatkan tentang kekuatan ekspor mobil listrik China, pada pertemuan di Januari lalu. “Sejujurnya, menurut saya, jika tidak ada batasan perdagangan yang ditetapkan, maka hal tersebut akan menghancurkan sebagian besar perusahaan lain di dunia,” kata dia.