Rabu 07 Feb 2024 19:41 WIB

Menjaga Denyut Nadi Logistik Nasional dari Pelabuhan

Sektor logistik berpotensi menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi yang melambat.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Gita Amanda
PT Pelindo Multi Terminal (SPMT) berkomitmen untuk siap mengawal arus logistik Tanah Air.
Foto:

 

Logistik dorong ekonomi

Perekonomian Indonesia diproyeksikan akan terus tumbuh pada 2024 melanjutkan pertumbuhan pada 2023. Pemerintah memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2023 tumbuh 5,1 persen dan tahun 2024 sebesar 5,2 persen, sedangkan Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2024 pada kisaran 4,7-5,5 persen. 

CEO Supply Chain Indonesia (SCI) Setijadi menyatakan sektor logistik berpotensi menjadi pendorong dalam pertumbuhan ekonomi yang melambat tersebut. “Salah satu indikatornya adalah peningkatan kontribusi sektor transportasi dan pergudangan terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) dalam beberapa tahun terakhir,” kata Setijadi.  

Berdasarkan data BPS kuartal III 2023, SCI memproyeksikan kontribusi sektor transportasi dan pergudangan 2023 sebesar Rp 1.245 triliun. Angka tersebut tumbuh 14,99 persen dan pada 2024 sebesar Rp 1.436 triliun atau tumbuh 14,16 persen. 

Selain berkontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sektor logistik berpotensi meningkatkan pertumbuhan sektor-sektor lainnya dengan peningkatan efektivitas dan efisiensi melalui pengembangan teknologi, proses, dan kompetensi SDM. Selain itu juga melalui kolaborasi dan sinergi, baik antara para penyedia jasa logistik maupun antara penyedia jasa logistik dan pemilik barang. 

photo
PT Pelindo Multi Terminal (SPMT) berkomitmen untuk siap mengawal arus logistik. - (Dok Pelindo )

Setijadi menambahkan, penyiapan sistem logistik itu harus memperhatikan wilayah asal komoditas, lokasi industri pengolahan awal, lokasi industri pengolahan akhir, dan wilayah tujuan akhir, berikut jalur-jalur distribusinya. Lokasi industri pengolahan awal dalam proses hilirisasi terutama di wilayah-wilayah asal komoditas yang seringkali masih terkendala masalah konektivitas logistik maupun ketersediaan infrastruktur dasarnya, seperti listrik, dan air bersih.  

Setijadi menjelaskan integrasi sistem logistik membutuhkan peningkatan kolaborasi antara industri manufaktur dan penyedia jasa logistik. Hal itu tidak hanya secara transaksional namun juga secara transformasional secara jangka panjang.  

“Kolaborasi dan sinergi juga harus dilakukan antar penyedia jasa logistik maupun antara penyedia jasa logistik dan operator fasilitas logistik seperti di pelabuhan,” tutur Setijadi. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement