Kamis 25 Jan 2024 03:35 WIB

Minat Investasi Pasar Modal Diproyeksikan Membaik Semester II 2024

iklim investasi tahun ini diyakini akan lebih baik dibanding tahun lalu.

CEO Mirae Asset Sekuritas, Shim Tae Yong dalam acara Media Day January 2024 di Jakarta, Rabu (24/1/2024).
Foto: Republika/Rahayu Subekti
CEO Mirae Asset Sekuritas, Shim Tae Yong dalam acara Media Day January 2024 di Jakarta, Rabu (24/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — PT Mirae Asset Sekuritas Indonesia optimistis minat investasi publik terhadap instrumen investasi di pasar modal akan membaik pada semester II 2024. Mirae Asset Sekuritas Indoensia juga memprediksi jumlah nasabah dapat tumbuh sekitar 10 persen dari sekitar 330 ribu pada akhir tahun lalu.

“Prediksi positif tersebut seiring dengan prediksi pelonggaran kebijakan suku bunga global dan nasional,” kata CEO Mirae Asset Sekuritas, Shim Tae Yong dalam acara Media Day: January 2024 di Jakarta, Rabu (24/1/2024). 

Baca Juga

Selain itu, dia menjelaskan optimisme tersebut juga didukung oleh kondisi politik yang diprediksi akan berjalan aman dan damai. Dengan begitu nantinya akan menghasilkan duet pimpinan negara baru yang peralihan kepemimpinannya juga akan damai.

“Kami optimis seiring dengan prediksi positif analis kami dan sebagian besar pelaku pasar, terutama pada semester II 2024,” ujar Shim.

Optimisme itu, lanjutnya, juga didukung oleh inovasi yang akan dilakukan perusahaan tahun ini seperti rencana peluncuran platform transaksi saham baru. Platform tersebut dinyatakan akan menjadi online trading saham pertama yang didukung oleh teknologi kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI).

Selain itu, Shim mengatakan perusahaan juga akan meningkatkan layanan untuk nasabah. Dengan begitu mampu mengedepankan sifat pengelolaan aset atau wealth management nasabah.

Dia menambahkan, iklim investasi tahun ini diyakini akan lebih baik dibanding tahun lalu. Sebab, kata Shim, pada 2023 kondisi makroekonomi dunia sedang tidak kondusif terutama karena rezim suku bunga tinggi, panasnya geopolitik, dan polarisasi politik dunia. 

“Karena gejolak global tersebut, suku bunga acuan domestik kemudian dinaikkan hingga enam persen untuk menghadapi potensi gejolak inflasi dan nilai tukar dolar AS,” ujar Shim. 

Dia mengungkapkan, kondisi tersebut membuat pasar modal domestik tahun lalu juga diwarnai aksi arus keluarnya dana investor asing capital outflow senilai Rp 6 triliun. Data bursa menunjukkan nilai transaksi harian saham Rata-rata Nilai Transaksi Harian (RNTH) tahun lalu turun menjadi sekitar Rp 11 triliun per hari dari sebelumnya Rp 15 triliun per hari pada 2022.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement