Selasa 23 Jan 2024 19:48 WIB

Pakar: Kenaikan Produksi Beras Nasional 2024 Berpotensi 1,5 Juta Ton

Pemerintah telah menetapkan impor beras pada 2024 sebesar tiga juta ton.

Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan ada potensi kenaikan produksi beras nasional sebanyak 0,9 juta hingga 1,5 juta ton pada 2024.
Foto: ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho
Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa mengatakan ada potensi kenaikan produksi beras nasional sebanyak 0,9 juta hingga 1,5 juta ton pada 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Guru Besar Institut Pertanian Bogor (IPB) Dwi Andreas Santosa sekaligus Research Associate Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia mengatakan ada potensi kenaikan produksi beras nasional sebanyak 0,9 juta hingga 1,5 juta ton pada 2024. Ia juga mengatakan akan ada potensi penurunan harga bahan pangan pada tahun ini.

"Ada potensi kenaikan produksi beras tahun 2024 antara 0,9-1,5 juta ton," kata Andreas dalam diskusi Outlook Ekonomi Sektor-sektor Strategis 2024 di Jakarta, Selasa (23/1/2024).

Baca Juga

Pemerintah telah menetapkan impor beras pada 2024 sebesar tiga juta ton. Sementara, menurut Andreas, ada potensi kenaikan produksi beras pada tahun yang sama. Produksi padi 2024 diperkirakan naik 3-5 persen.

Jika terjadi stok beras yang besar, ia mengkhawatirkan harga beras akan anjlok sehingga merugikan produsen atau petani.

"Kalau stok besar pasti akan menjatuhkan harga yang lebih besar daripada kenaikan stok tersebut. Yang paling dirugikan adalah sedulur tani," ujarnya.

Sementara pada 2023, pemerintah Indonesia melakukan impor beras sebanyak 3,3 juta ton. Impor beras dilakukan dengan asumsi bahwa produksi nasional akan turun tajam karena fenomena El Nino.

Namun, lanjut Andreas, produksi beras pada 2023 hanya turun 0,65 juta ton. Dengan demikian, ada kelebihan stok sebesar 2,65 juta ton beras. Oleh karena itu, ia mengatakan keputusan impor beras perlu ditinjau agar tidak merugikan petani.

Terkait situasi pangan 2024, ia memperkirakan ada tren penurunan harga sejumlah bahan pangan karena adanya kenaikan produksi pangan.

Menurut dia, yang akan mempengaruhi dunia mengalami krisis pangan atau tidak adalah serealia. Serealia sempat naik relatif tinggi pada Mei 2022 bersamaan dengan perang Ukraina dan Rusia. Saat perang tersebut, serealia terutama gandum melonjak sangat tinggi tapi beberapa bulan kemudian melandai dan turun lagi.

"Jadi, saat ini trennya hampir semua bahan pangan turun," ujarnya.

Untuk tahun 2024, total produksi biji-bijian di dunia naik 2,33 persen, gandum dunia turun sekitar 0,54 persen, biji kasar termasuk jagung, sorgum, dan rye naik cukup tinggi sebesar 4,7 persen.

Produksi jagung global bahkan meningkat 6,9 persen sehingga harga jagung diperkirakan turun. Selanjutnya, produksi beras dunia naik sedikit dari 513 juta ton pada 2022/2023 menjadi 513,5 juta ton pada 2023/2024.

Produksi kedelai naik dari 375,4 juta ton pada 2022/2023 menjadi 399 juta ton pada 2023/2024 atau sebesar 6,29 persen karena kenaikan produksi di Argentina, Amerika Serikat, Rusia, China, Paraguay dan Bolivia, tetapi menurun di Brasil. Dengan demikian, harga kedelai akan turun karena terjadi kenaikan produksi yang tinggi.

Selanjutnya, produksi minyak nabati juga naik 2,67 persen yakni dari 217,2 juta ton pada 2022/2023 menjadi 223 juta ton pada 2023/2024.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement