Kamis 18 Jan 2024 10:04 WIB

Fed tak Kunjung Melunak Soal Suku Bunga, IHSG Diprediksi Variatif

The Fed akan mulai menurunkan suku bunga acuan paling cepat pada Maret 2024.

Pekerja berada didekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2024 di Jakarta, Selasa (2/1/2024).
Foto: Republika/Prayogi
Pekerja berada didekat layar pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) usai pembukaan perdagangan Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2024 di Jakarta, Selasa (2/1/2024).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Kamis (18/1/2024), diprediksi bergerak variatif seiring ekspektasi bahwa The Fed tidak akan segera menurunkan tingkat suku bunga acuannya.

IHSG dibuka melemah 1,78 poin atau 0,02 persen ke posisi 7.198,85. Sementara itu kelompok 45 saham unggulan atau Indeks LQ45 turun 0,35 poin atau 0,04 persen ke posisi 968,58.

Baca Juga

“Harapan bahwa bank sentral Amerika Serikat (The Fed) akan mulai menurunkan suku bunga acuan paling cepat pada Maret 2024 semakin terkikis,” sebut Tim Riset Phillip Sekuritas Indonesia dalam kajiannya di Jakarta, Kamis.

Saat ini, pelaku pasar melihat 57 persen peluang Federal Reserve memangkas suku bunga pada Maret 2024, atau turun dari 67 persen pada pekan lalu dan 71 persen pada bulan lalu.

Presiden bank sentral Eropa (ECB) Christine Lagarde satu suara dengan Gubernur Federal Reserve Chris Waller dalam memberi peringatan, bahwa saat ini masih terlalu awal untuk mempunyai ekspektasi pelonggaran kebijakan moneter.

Selain itu, sentimen negatif juga datang dari data kuartal IV-2023 China yang mengecewakan karena memberi indikasi bahwa pertumbuhan ekonomi China masih lesu, meskipun sudah ada kucuran paket stimulus.

Dari Asia Pasifik, Investor mengantisipasi rilis data tingkat pengangguran Australia pada hari ini, untuk mencari petunjuk mengenai langkah yang akan diambil oleh bank sentral Australia, Reserve Bank of Australia (RBA) pada pertemuan kebijakan mereka pada Februari nanti.

Dari pasar obligasi, yield US Treasury Note bertenor 10 tahun naik 5 bps menjadi 4.11 persen, karena investor mengurangi ekspektasi penurunan suku bunga pasca rilis data Penjualan Ritel AS dan bantahan dari sejumlah pejabat bank tinggi bank sentral.

Sementara itu, indeks saham Wall Street semalam ditutup turun karena lonjakan imbal hasil (yield) surat utang Pemerintah AS (US Treasuries), yang memberi tekanan atas saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar jumbo.

Bursa saham regional Asia pagi ini antara lain indeks Nikkei menguat 221,69 poin atau 0,62 persen ke 35,699,50, indeks Hang Seng menguat 130,47 poin atau 0,85 persen ke 15,407,75, indeks Shanghai melemah 20,23 poin atau 0,71 persen ke 2.813,39, dan indeks Straits Times melemah 0,05 poin atau 0,00 persen ke 3.142,17.

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement