REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Calon Presiden (Capres) nomor urut dua, Prabowo Subianto mengungkapkan tidak masalah jika rasio utang Indonesia mencapai 50 persen dari PDB dalam debat capres ketiga, Ahad (7/1/2024). Berkaitan dengan hal tersebut, ekonom sekaligus Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira mengatakan pada dasarnya, hal tersebut tidak melanggar regulasi dalam Undang-undang Keuangan Negara Tahun 2003.
“Dalam regulasi memang memberi batas rasio utang maksimum 60 persen dari PDB,” kata Bhima kepada Republika.co.id, Senin (8/1/2023).
Meskipun begitu, Bhima menegaskan bukan berarti pemerintah bisa mendorong agar rasio utang mendekati batas yang dibolehkan undang-undang. Bhima mengungkapkan, banyak yang harus dipertimbangkan jika rasio utang naik.
“Perlu dicermati juga berapa bayar bunga utang setiap tahunnya. Kalau bunga utang nyaris Rp 500 triliun tahun ini maka porsinya terhadap belanja sosial kan sudah lebih dari 100 persen. Itu tidak sehat,” jelas Bhima.
Untuk itu, Bhima menegaskan, presiden mendatang harus hati-hati soal penambahan utang. Dia mengeaskan sama sekali tidak setuju jika presiden yang baru nantinya bersemangat menambah utang baru.
“Saya kira tim ekonomi-nya Prabowo perlu mengingatkan risiko utang dalam konteks keberlanjutan APBN,” tutur Bhima.
Sebelumnya dalam debat capres ketiga yang berlangsung semalam (7/1/2024) Prabowo menyebut bahwa rasio utang 50 persen dari PDB tidak menjadi masalah yang signifikan. Hal tersebut ia ungkapkam menanggapi pernyataan capres nomor urut satu, Anies Baswedan.
"Kita bisa sampai 50 persen nggak masalah, kita tidak pernah default (gagal bayar utang). Kita dihormati di dunia," ujar Prabowo.
Prabowo justru mempertanyakan pernyataan Anies berkaitan dengan target utang luar negeri yang berada di bawah 30 persen dari PDB. Prabowo menilai pernyataan Anies tidak berdasar.
Prabowo menjelaskan bahwa Arab Saudi dan Rusia memang memiliki rasio utang luar negeri terhadap PDB yang lebih rendah dari Indonesia. Hal tersebut juga tak terlepas dari faktor kekayaan sumber daya alam yang luar biasa di dua negara tersebut.
“Yang di bawah kita yaitu Arab Saudi, Rusia itu negara negara yang punya sumber daya alam yang luar biasa. Tetapi 40 persen-nya (rasio utang terhadap PDB RI) itu salah satu yang terendah (di dunia) sekarang," ungkap Prabowo.