REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Didorong oleh kekhawatiran perubahan iklim, adopsi kendaraan listrik (EV) beserta rantai nilainya telah menunjukkan peningkatan minat dari konsumen, pemerintah, perusahaan, dan investor.
Pasar kendaraan listrik di Asia Tenggara masih tergolong baru dan menyumbang kurang dari dua persen dari total penjualan global.
Studi EY-Parthenon memperkirakan penjualan kendaraan listrik di pasar ASEAN-6 yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Vietnam, Filipina, dan Singapura akan mengalami pertumbuhan drastis.
Tingkat pertumbuhan tahunan gabungan (CAGR) sebesar 16 persen–39 persen antara 2021 hingga 2035. Peluang penjualan potensial tahunan diperkirakan akan mencapai 80 miliar-100 miliar dolar AS tumbuh dari 2 miliar dolar AS pada 2021.
Pertumbuhan penjualan diharapkan terjadi di ketiga segmen kendaraan listrik utama, yaitu kendaraan penumpang, kendaraan komersial, dan kendaraan roda dua atau roda tiga.
Studi EY-Parthenon meneliti rantai nilai kendaraan listrik untuk memahami kesadaran dan sentimen konsumen, serta infrastruktur dan kebijakan pemerintah di pasar ASEAN-6 untuk menentukan kesiapan pasar, peluang, dan potensi bagi perushaan dan investor. Tantangan utama negara ASEAN-6 dalam mendorong adopsi kendaraan listrik adalah biaya, ketersediaan infrastruktur pengisian daya, dan kesiapan rantai pasokan kendaraan listrik.