REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita menyatakan, kementerian mengidentifikasi berbagai kendala dan tantangan akibat dampak geoekonomi dan geopolitik yang kemungkinan besar akan tetap berlangsung pada 2024. Pertama, kata dia, pertumbuhan ekonomi global diperkirakan melambat akibat melemahnya pertumbuhan ekonomi China dan negara-negara Eropa.
Maka, lanjutnya, permintaan global akan ikut melemah. Lalu permintaan terhadap produk ikut menurun.
Kedua, sambung dia, akan terjadi depresiasi nilai tukar akibat kebijakan moneter di negara maju guna menekan inflasi dengan menaikkan tingkat suku bunga. Ketiga, apabila konflik Ukraina-Rusia dan Palestina-Israel berkepanjangan, akan dapat mengganggu stabilitas kawasan sehingga memicu kenaikan harga komoditas, pangan, dan energi.
Selanjutnya keempat, pelaksanaan pemilu di satu sisi memberikan dampak positif bagi industri nasional. Hanya saja di sisi lain terdapat kemungkinan investor mengambil posisi wait and see sambil menunggu dilantiknya presiden dan wakil presiden yang definitif.
“Namun demikian, kami tetap optimistis menghadapi 2024. Seiring harapan membaiknya kondisi global dan perekonomian nasional, kami memperkirakan pertumbuhan industri pengolahan nonmigas tahun 2023 sebesar 4,81 persen dan target 2024 sebesar 5,80 persen,” ujar Agus dalam keterangan resmi, Jumat (29/12/2023).
Sejalan sasaran tersebut, kontribusi industri pengolahan nonmigas pada 2023 diproyeksikan sebesar 16,91 persen. Lalu ditargetkan pada 2024 mencapai 17,90 persen.
Sedangkan nilai ekspor industri pengolahan nonmigas, kata dia, diperkirakan pada 2023 berada di angka 186,40 miliar dolar AS. Lalu pada 2024 ditargetkan mencapai 193,4 miliar dolar AS.
Sementara, nilai investasi industri pengolahan nonmigas diperkirakan mencapai Rp 571,47 triliun pada 2023 dan target pada 2024 akan mencapai Rp 630,57 triliun.
“Sedangkan penyerapan tenaga kerja industri pengolahan nonmigas akan mencapai 20,33 juta orang pada 2024,” katanya.
Guna mencapai berbagai target tersebut, Menperin menyatakan, siap menggulirkan beberapa program prioritas pada tahun depan. Misalnya, program restrukturisasi mesin dan atau peralatan kepada industri pengolahan kayu, makanan dan minuman, tekstil, serta kepada para pelaku industri kecil menengah.
Selain itu, melanjutkan hilirisasi sumber daya alam di tiga sektor, yakni industri berbasis agro, industri berbasis bahan tambang dan mineral, serta industri berbasis migas dan batubara.
Berikutnya, untuk mendukung kebijakan green economy serta dekarbonisasi sektor industri, Kemenperin terus berupaya memacu pembangunan industri hijau untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan.
Kemenperin juga akan memperkuat penumbuhan dan pengembangan IKM startup berbasis teknologi. Ada pula pemberian fasilitasi sertifikasi secara gratis kepada perusahaan industri dalam negeri melalui Pusat Peningkatan Penggunaan Produk Dalam Negeri, antara lain sektor alat kesehatan, alat dan mesin pertanian, farmasi, permesinan, elektronika dan telematika, logam, kelistrikan, kimia, pupuk, otomotif dan komponennya, keramik, semen, serta tekstil.
Kemenperin juga terus mendorong berkembangnya ekosistem halal dan memperkuat daya saing produk nasional melalui Program Fasilitasi dan Pembinaan Industri Halal.