REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- PT Sawit Sumbermas Sarana Tbk (SSMS) telah merampungkan sertifikasi seluruh unit bisnis menjelang tutup akhir tahun 2023. Rampunganya sertifikasi unit bisnis ini sebagai bentuk komitmen dan memastikan keberlanjutan produk yang dihasilkan telah memenuhi standar dan bertanggung jawab terhadap lingkungan.
Dikutip dari situs resmi SSMS, Chief Sustainability Officer, Henky Satrio W menjelaskan bahwa pada bulan Desember ini Pabrik Kelapa Sawit Kanamit yang dikelola PT Menteng Kencana Mas telah berhasil mendapatkan sertifikat Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO), sehingga status sertifikasi RSPO SSMS Group sudah mencapai 100 persen.
Selain itu, Henky menambahkan sertifikasi lainnya seperti International Sustainability and Carbon Certification (ISCC), 8 Pabrik Kelapa Sawit dari 7 unit bisnis juga telah rampung, disusul sertifikasi Bisnis dan Hak Asasi Manusia (BHRISC 2017) dan Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk seluruh unit bisnis telah selesai 100 persen.
“Meskipun telah merapungkan seluruh sertifikasi seperti RSPO, ISPO, ISCC, HAM dan ISO, SSMS terus berkomitmen untuk memperbaiki tata kelola sawit yang lebih berkelanjutan serta meningkatkan daya saing sawit Indonesia baik di pasar domestik maupun pasar internasional” papar dia.
Dalam rangka memperkuat ketertelusuran rantai pasokan, SSMS akan mengambil peran untuk mendorong agar lebih banyak pekebun swadaya yang terlibat dalam pasar sawit berkelanjutan melalui program sertifikasi RSPO. Saat ini ada sebanyak 932 pekebun swadaya dengan luasan mencapai 2,300 hektar yang telah mendapatkan sertifikasi RSPO.
Para pekebun ini berasal dari 2 kelompok binaan SSMS yakni Asosiasi Petani Kelapa Sawit Mandiri (APKSM) Kotawaringin Barat dan BUMDess Berkah Mulya Jaya Lamandau melalui kemitraan bersama Ecogreen.
Henky berharap kemitraan bersama Ecogreen bisa menjadi role model bagi pemangku kepentingan lainnya untuk mewujudkan praktik perkebunan kelapa sawit yang berkelanjutan dikalangan pekebun. Collaborative is a key for sustainability achievement, untuk itu Perseroan membuka peluang kerjasama dengan berbagai pihak, tentunya hal ini akan berdampak positif pada peningkatan taraf hidup petani dan sebagai upaya dalam perbaikan rantai pasok sawit yang bertanggungjawab dan dapat di telusuri.
Ke depannya, menurut Henky, SSMS menargetkan tracebility program dapat selesai di kwartal petama, terlebih setelah di akuisisinya PT Citra Borneo Utama Tbk (CBUT) sebagai salah satu anak usaha, proses hilirisasi dari perkebunan dan rifenary dapat linier di bawah SSMS. Selain tracebility, Perseroan juga sudah memulai penghitungan carbon sehingga, ke depannya produk yg dihasilkan SSMS dan CBUT merupakan green product.