REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Analis Bank Woori Saudara Rully Nova mengatakan cadangan devisa Indonesia yang kuat dapat menahan laju pelemahan rupiah lebih lanjut sekaligus memberikan penguatan terhadap nilai tukar rupiah. Pada penutupan perdagangan di Jakarta, rupiah kembali menguat tipis sebesar dua poin atau 0,01 persen menjadi Rp 15.621 per dolar AS dari penutupan sebelumnya sebesar Rp 15.623 per dolar AS. Sementara pada awal perdagangan, rupiah sempat melemah ke posisi Rp 15.643 per dolar AS.
"Dari domestik data cadangan devisa yang masih kuat dapat menahan rupiah melemah lebih dalam lagi," kata Rully, Selasa (12/12/2023).
Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir November 2023 tercatat 138,1 miliar dolar AS, meningkat dibandingkan dengan posisi pada akhir Oktober 2023 sebesar 133,1 miliar dolar AS.
Posisi cadangan devisa itu setara dengan pembiayaan 6,3 bulan impor atau 6,1 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah, serta berada di atas standar kecukupan internasional sekitar 3 bulan impor.
Cadangan devisa tersebut dinilai mampu mendukung ketahanan sektor eksternal serta menjaga stabilitas makroekonomi dan sistem keuangan.
Selain itu, menurut Survei Konsumen Bank Indonesia (BI) pada November 2023, keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi terindikasi tetap kuat, tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) November 2023 dalam zona optimis pada level 123,6.
Tetap kuatnya keyakinan konsumen pada November 2023 didorong oleh Indeks Kondisi Ekonomi Saat Ini (IKE) dan Indeks Ekspektasi Konsumen (IEK) yang tetap optimistis.
Rully menuturkan pergerakan rupiah dipengaruhi oleh data-data tenaga kerja Amerika Serikat (AS) yang menguat, data ekonomi China yang melemah, kenaikan imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS, dan indeks dolar AS.
Obligasi AS naik menjadi 4,2 persen. Data tenaga kerja AS untuk lapangan kerja baru non pertanian (NFP) naik menjadi 199 ribu di atas ekspektasi analis 188 ribu, dan tingkat pengangguran AS turun menjadi 3,7 persen.
Sementara itu ekonomi China mengalami deflasi 0,5 persen lebih dalam dari bulan sebelumnya yang mengindikasi kelesuan ekonomi. Kurs Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia pada Selasa menurun ke posisi Rp 15.631 per dolar AS dari posisi sebelumnya Rp 15.614 per dolar AS.