Ahad 10 Dec 2023 23:50 WIB

Dorong Hilirisasi, Wapres Ingin Petani Sawit Punya Pabrik Mini

Wapres akan memanggil Menteri Pertanian dan Menteri Keuangan.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Ahmad Fikri Noor
Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.
Foto: ANTARA FOTO/Budi Candra Setya
Petani mengumpulkan buah sawit hasil panen di perkebunan Mesuji Raya, Ogan Komering Ilir, Sumatera Selatan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wakil Presiden (Wapres) KH Ma’ruf Amin menginginkan agar para petani sawit memiliki pabrik mini minyak kelapa sawit. Hal ini sebagai upaya hilirisasi industri sawit dan memudahkan petani sawit mengolah hasil perkebunan.

“Ada satu cita-cita yang diinginkan Presiden dan Wapres, bagaimana agar para petani sawit itu bisa punya pabrik sawit sendiri dan itu sifatnya afirmatif,” kata Juru Bicara Wapres Masduki Baidlowi dalam siaran pers Setwapres usai mendampingi Wapres Ma'ruf menerima audiensi Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (DPP Apkasindo) di Istana Wapres, Jakarta Pusat, Jumat (8/12/2023).

Baca Juga

Pada pertemuan ini, Apkasindo melaporkan berbagai kendala dalam upaya hilirisasi industri sawit, termasuk belum terealisasinya pembangunan pabrik mini minyak kelapa sawit. Belum terwujudnya pabrik mini sawit hingga saat ini, salah satunya disebabkan terhambatnya regulasi dari Kementerian Pertanian.

“Sampai saat ini tidak bisa, karena ada hambatan-hambatan, (adapun) salah satu hambatan itu ada peraturan-peraturan yang dikeluarkan oleh Direktur Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian,” ujar Masduki.

Padahal, kata Masduki, Presiden dan Wapres menginginkan agar para petani sawit yang di dalamnya juga berasal dari kalangan pondok pesantren, gereja, dan berbagai komunitas agama lainnya dapat membangun pabrik mini minyak kelapa sawit sendiri. 

“Inginnya Presiden dan Wapres bagaimana agar petani yang tergabung dalam Apkasindo ini juga bisa mendirikan pabrik-pabrik kecil sehingga mereka bisa mandiri. Dan keuntungannya bisa lima kali lipat kalau misalnya mereka punya pabrik sendiri,” ujarnya. 

Oleh sebab itu, Wapres akan memanggil Menteri Pertanian dan Menteri Keuangan, termasuk Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) yang menghimpun dana-dana sawit guna membahas persoalan tersebut, serta melaporkan hasilnya kepada Presiden. 

“Karena dana-dana sawit itu sekarang sudah cukup besar, lebih dari 100 triliun rupiah, banyak digunakan oleh (program B35) Biodiesel yang pada akhirnya mengalir kepada pengusaha-pengusaha sawit besar, sementara para petani sawit menengah dan kecil ini ingin mendirikan pabrik mini belum bisa,” katanya. 

Lebih jauh, Masduki mencontohkan, akibat petani sawit belum dapat membangun pabrik mini minyak kelapa sawit sendiri, para petani sawit di Pegunungan Arfak, Papua Barat, merugi sekitar Rp 30 miliar per tahun. 

“Daerah Pegunungan Arfak di Papua Barat itu sangat jauh, tidak bisa sawitnya dijual, sehingga tidak bisa dipanen dan kerugian setahun itu bisa mencapai 30 miliar rupiah, uang (hilang) percuma dari para petani sawit,” ujar Masduki.

Sebelumnya, dalam pertemuan tersebut, selain menyampaikan berbagai kendala dalam program hilirisasi industri sawit, Ketua Umum Apkasindo Gulat Manurung juga melaporkan bahwa usaha sawit saat ini memiliki prospek yang cukup baik. Bahkan, program santripreneur berbasis sawit yang digagas Wapres diduplikasi kalangan gereja dengan nama Pastorpreneur berbasis sawit. 

“Jadi pastor-pastor, suster-suster, mengangkat angkong, membawa bibitan (sawit) di suatu daerah, di Riau agak pelosok, mereka membawa bibitan sudah 100 ribu batang. Dan tujuan mereka sebenarnya bukan berbisnis, tetapi tujuan mereka adalah memberikan bibit ke masyarakat dengan sertifikasi unggul dengan harga diskon,” katanya. 

Bahkan, menurut Gulat, saat ini rata-rata petani sawit per hektare lahan memperoleh pendapatan 1 sampai 2 juta rupiah per orang. 

“Kalau rata-rata petani itu memiliki 4,14 hektar, per petani sudah mendapatkan uang minimal 8 juta rupiah per bulan. Sudah bisa untuk menyekolahkan anak,” ungkapnya. 

Untuk itu, ungkap Gulat, pada kesempatan ini DPP Apkasindo menyampaikan Plakat Penghargaan kepada Wapres atas perhatian dan kiprahnya dalam memajukan usaha dan menyejaterakan petani sawit. 

“Jadi kami tidak hanya melaporkan keluhan kami, tetapi kami juga berbahagia karena Bapak Wapres telah berhasil membangkitkan semangat kami, dari dua sudut sinergi, satu sebagai petani dan satunya lagi sebagai orang yang bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa melalui program Santripreneur,” katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement