Selasa 05 Dec 2023 08:45 WIB

Menikmati 'Konser' dari Kursi Belakang Mistubishi XForce

Audio Mitsubishi XForce memanjakan telinga.

Head unit Mitsubishi XForce yang menggunakan Dynamic Sound Yamaha premium.
Foto: REPUBLIKA/ISRAR ITAH
Head unit Mitsubishi XForce yang menggunakan Dynamic Sound Yamaha premium.

REPUBLIKA.CO.ID, YOGYAKARTA --

Terbawa lagi langkahku ke sana

Baca Juga

Mantra apa entah yang istimewa

Kupercaya selalu ada sesuatu di Jogja
 
 
 
Potongan lirik lagu berjudul "Sesuatu di Jogja" mengalun jernih dari speaker-speaker yang terbenam di mobil XForce yang saya dan tiga wartawan lain dari Ibu Kota tumpangi saat membelah Jalan Raya Daendels, Yogyakarta pada Senin (4/12/2023) siang.
 
Kami merupakan bagian dari rombongan wartawan Batch 1 yang mendapatkan kesempatan awal mengeksplorasi XForce, SUV kompak terbaru keluaran pabrikan otomotif Jepang Mitsubishi. PT Mitsubishi Motors Krama Yudha Sales Indonesia (MMKSI) memberikan tajuk acara ini "XForce Infinite Xcitement-Media Adventure 2023". Selama tiga hari dari Senin hingga Rabu (6/12/2023) ini di Yogyakarta dan Semarang, kami akan menjajal kendaraan 5 seater ini.
 
Saya duduk di kursi penumpang belakang pada hari pertama itu. Di telinga saya, alunan lagu dari head unit berukuran 12,3 inci yang disemburkan lewat speaker-nya terdengar jelas dan bulat. Detail-detail kecil dari suara alat musik seolah berlomba memperdengarkan bunyinya agar dapat terdengar, mengiringi lantunan suara sang penyanyi Adhitia Sofyan.
 
Klaim yang diapungkan oleh MMKSI soal keunggulan sistem suara di XForce ini sepertinya tak berlebihan. Dynamic Sound Yamaha Premium namanya. Ada dua tweeter di pilar A, woofer pintu depan, dan speaker di masing-masing pintu belakang untuk menyemburkan suara.
 
Namun menariknya, pada sebagian besar waktu duduk di kursi belakang, lantunan lagu terdengar seperti keluar dari lantai, menyelinap dari bawah kursi depan menuju ke gendang telinga saya yang duduk di belakang. Kawan wartawan yang duduk di sebelah saya juga merasakan sensasi serupa.
 
Ada empat jenis pengaturan suara di sistem audio ini, yakni Lively, Signature, Powerful, dan Relaxing. Pilihan mode audio mengikuti jenis lagu dengan genre berbeda akan menghasilkan suara yang nyaman di telinga. Pastinya, tergantung pada preferensi masing-masing. Ada mode yang memaksimalkan suara bas, sementara mode lainnya meredamnya dan memunculkan suara yang lain.
 
Bisa juga mengaturnya secara manual, termasuk penyetelan komposisi dan tinggi rendah suara di sisi dalam mobil yang diinginkan.
 
Saya menikmati betul setiap lagu yang dimainkan sepanjang perjalanan kami dari Bandara Internasional Yogyakarta di Kulonprogo menuju Goa Pindul di Wonosari, Gunung Kidul. "Closer" dari Chainsmoker, "Sang Dewi" dari Titi DJ, "Mood" dari 24kGoldn di antara set list lagu yang diputar pada awal perjalanan kami.
 
Berikutnya, masuk deretan lagu bertemakan Jogja yang sudah diatur dari Spotify via bloototh ponsel salah satu rekan wartawan di mobil kami. Hingga akhirnya nostalgia lagu-lagu lokal 1990-an sampai 2000-an dan rock ballad luar negeri pada era yang sama, menemani perjalanan kami sampai di kompleks Candi Prambanan pada malam harinya. 
 
Lagu-lagu yang mengiringi kami sepanjang perjalanan tersebut terasa berbeda di telinga saya, terutama saat saya berusaha mengingat terakhir kali memutar sendiri lagu-lagu tersebut. Beberapa di antaranya bahkan seperti mendapatkan sentuhan aransemen ulang. Sebab ada bunyi-bunyian dari alat musik, yang selama ini tidak terekspose atau luput dari pendengaran saya sebelumnya, kini keluar dengan lantangnya. Seperti menikmati konser, tapi tanpa perlu berdesakan atau berdiri sepanjang waktu, apalagi sampai war tiket.
 
Rasa penasaran saya tentang sistem audio ini terjawab tanpa perlu bertanya karena para petinggi MMKSI yang hadir di tengah kami kemudian memberikan penjelasan. Presiden Direktur MMKSI Atsushi Kurita dalam keterangannya mengatakan, Dynamic Sound Yamaha Premium yang terpasang di XForce dipersiapkan dengan sebaik mungkin dengan mempertimbangkan berbagai hal.
 
Salah satunya perihal keputusan tidak menggunakan atap panoramic sunroof di XForce. Tidak seperti para produk kompetitor yang menjadikan sunroof sebagai fitur unggulan. Selain pertimbangan berat, yang ujung-ujungnya menambah konsumsi bahan bakar, upaya menjaga kualitas suara dari sistem audio ini juga menjadi alasan XForce tak memakai sunroof.  
 
"Suaranya juga menyesuaikan dengan kondisi jalanan dan kebisingan yang ditimbulkan saat mobil berjalan. Jika suara di luar bising, audionya akan otomatis semakin besar menyesuaikan," imbuh Intan Vidiasari, GM Marketing Communication dan PR Division MMKSI menambahkan.
 
Dalam kesempatan ini, Kurita dan para petinggi MMKSI mendengarkan masukan dari para awak media yang menjajal langsung XForce selama kurang lebih setengah harian. Mulai dari tampilan speedometer yang agak membingungkan bagi sebagian pengemudi, suspensi belakang yang sedikit rigid, dan berbagai hal lainnya.
 
Saya tentu saja tak bisa banyak memberikan masukan perkara ini. Sebab, saya belum berada di belakang kemudi XForce untuk merasakan performa mesin yang sebenarnya sama dengan yang dibenamkan di "kakaknya" Mitsubishi Xpander, tapi dengan berbagai penambahan fitur.
 
Namun dari beberapa jam duduk di kursi belakang, yang mungkin sedikit mengganggu saya adalah hand rest yang tidak dilapisi material empuk. Rasa kurang nyaman akan makin terasa saat menyandarkan tangan dalam waktu lama.
 
Hal lain sudah disampaikan rekan-rekan media lain yakni soal suspensi belakang. Namun saya paham, keputusan untuk membuat suspensi belakang ini sedikit lebih keras dibandingkan Xpander harus dipilih demi handling kemudi yang lebih baik. 
 
Namun, bagi saya, pengaturan suspensi ini dalam batas wajar dan masih nyaman. Buktinya, saya sempat tertidur beberapa menit dalam perjalanan dan terbangun bukan karena guncangan.
 
Terlebih, bangku belakang XForce bisa dibikin rebah untuk membuat badan dalam posisi rileks, hingga kemiringan 33 derajat. Head room dan leg room juga sangat lega untuk saya yang berpostur 170 cm. Kursi belakang di bagian tengah juga bisa difungsikan sebagai hand rest, yang sedikit lebih empuk dibandingkan sandaran tangan di sisi pintu.
 
Jika merujuk kepada penjelasan pihak MMKSI yang menyatakan salah satu target market yang disasar adalah perempuan, keunggulan di audio XForce yang saya rasakan dari kursi belakang, kantung-kantung penyimpanan yang berlimpah, ditambah fitur-fitur lain secara keseluruhan, rasanya mobil ini cukup bisa memikat kaum hawa.
 
Indikasi awal sudah terlihat dari surat pemesanan kendaraan (SPK) perdana XForce yang banyak dilakukan oleh perempuan. Belum terhitung laki-laki yang memesan mobil untuk istri atau kekasihnya. "Walaupun yang membeli adalah pria, terkadang yang memakainya keluarga atau istrinya," jelas Kurita. 
 
Siap-siap menyaksikan para wanita duduk di kursi pengemudi XForce yang berlalu lalang di jalanan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement