Senin 04 Dec 2023 10:02 WIB

The Fed Beri Sinyal Dovish, Rupiah Berpotensi Menguat

Inflasi yang masih terkendali membantu memberikan sentimen positif ke rupiah.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Fuji Pratiwi
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing PT Valuta Inti Prima di Cikini, Jakarta, Selasa (21/11/2023).
Foto: Republika/Thoudy Badai
Petugas menghitung uang dollar AS di tempat penukaran valuta asing PT Valuta Inti Prima di Cikini, Jakarta, Selasa (21/11/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Nilai tukar (kurs) rupiah terhadap dolar AS diproyeksi akan menguat pada awal pekan ini. Pernyataan gubernur bank sentral AS yang lebih dovish disebut menjadi sentimen positif bagi pasar keuangan.

"Rupiah berpotensi menguat hari ini setelah pelaku pasar menilai pernyataan Jerome Powell Di akhir pekan lalu lebih dovish dibandingkan sebelumnya," kata Pengamat Pasar Keuangan Ariston Tjendra, Senin (4/12/2023).

Baca Juga

Ekspektasi pemangkasan suku bunga acuan AS sebelum pertengahan tahun depan meningkat. Menurut survei CME FedWatch Tool probabilitas pemangkasan di Maret naik menjadi sekitar 60 persen dari sebelumnya 21 persen.

Selain itu, data PMI manufaktur AS yang dirilis Jumat malam kemarin juga memperlihatkan kondisi manufaktur AS yang masih berkontraksi. Ini juga mendukung ekspektasi suku bunga the Fed tidak lama lagi dipangkas.

Dari dalam negeri, kondisi inflasi yang masih terkendali membantu memberikan sentimen positif ke rupiah. Akhir pekan lalu, kurs dolar AS terhadap rupiah melemah 0,16 persen sehingga membawa mata uang garuda menguat ke posisi 15.485. 

"Hari ini potensi penguatan rupiah ke arah 15.450-154.00, dengan resisten di kisaran 15.500" kata Ariston.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement