REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perekonomian Indonesia berpeluang tumbuh lebih tinggi tahun depan dibandingkan tahun ini di tengah kondisi ekonomi global yang melambat. Senior Economist Mirae Asset Rully Arya Wisnubroto optimisme tersebut didukung sejumlah faktor.
Menurut Rully, perekonomian Indonesia tahun depan, masih akan tetap didorong oleh aktivitas ekonomi domestik, dengan masih terjaganya inflasi dan konsumsi rumah tangga. "Kami menilai tahun depan inflasi akan terkendali," kata Rully melalui siaran pers, Rabu (29/11/2023).
Kenaikan harga barang-barang tahun depan diprediksi 2,65 persen, lebih rendah dari perkiraan tahun ini 2,85 persen. Inflasi yang melandai ini membuka peluang terjadinya penurunan suku bunga oleh Bank Indonesia (BI).
Penurunan suku bunga BI juga dimungkinkan dengan adanya potensi Bank Sentral AS menurunkan suku bunga acuannya. Kemungkinan the Fed akan menurunkan suku bunga hingga 100 bps menjadi 4,5 persen.
"Dengan kemungkinan itu, kami juga memprediksi BI akan menurunkan suku bunga dengan besaran yang serupa, menjadi 5,0 persen," ujar Rully.
Rully optimistis pertumbuhan ekonomi tahun depan akan mencapai 5,12 persen, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun ini yang diprediksi sebesar 4,88 persen. Selain itu, Rully memprediksi kinerja neraca perdagangan Indonesia akan tetap mengalami surplus sepanjang 2024.
Rully juga melihat keseimbangan eksternal masih tetap terjaga. Kondusi yang kondusif ini diprediksi akan membuat rupiah terapresiasi dengan rata-rata sepanjang 2024 di level Rp 14.750 per dolar AS dan posisi akhir 2024 di level Rp 14.535 per dolar AS.