Selasa 28 Nov 2023 16:12 WIB

Pengamat Minta Brand yang Dicap Israel Bisa Bersikap Netral

Aksi boikot semakin efektif terhadap nilai jual bisnis penjualan pada perusahaan.

Rep: Novita Intan/ Red: Lida Puspaningtyas
Logo McDonald’s.
Foto: EPA-EFE/ANDY RAIN
Logo McDonald’s.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pengamat marketing Yuswohady meminta brand-brand dapat bersikap netral terhadap isu aksi boikot. Hal ini mengingat isu tersebut sangat sensitif di Indonesia.

 

Baca Juga

“Ini isu yang sensitif, apalagi di Indonesia itu sejarah bagaimana relasi kita dengan Palestina tinggi sekali, sehingga isu ini sangat dalam, artinya brand seharusnya mainnya netral-netral saja,” ujarnya kepada Republika, Selasa (28/11/2023).

 

Yuswohady menyebut Indonesia memiliki hubungan diplomatik panjang dengan Palestina, sehingga membuat sentimen yang muncul belakangan lebih banyak perihal spiritual dan tidak berbasis rasionalitas. Yuswohadi mencontohkan McDonalds global yang telah diboikot, tetapi perusahaan cabang seperti McD Indonesia harus menyelamatkan reputasi dengan mengirimkan bantuan ke Palestina untuk membuktikan tidak terafiliasi dengan McDonald’s global.

 

“Setelah diboikot, kemudian dia kirim bantuan selamatkan reputasi atau membuktikan omongan dia tidak terafiliasi dengan McD (McDonald’s) global, artinya dia memang sampai harus ada pembuktian, bukan cuma lips service,” ucapnya.

 

Kendati demikian, Yuswohady mengakui akan aksi boikot semakin efektif terhadap nilai jual bisnis penjualan pada sebuah perusahaan. Hal ini menyusul maraknya gambar melalui sosial media maupun televisi yang menunjukkan kekejaman Israel terhadap Palestina.

 

“Akan efektif aksi boikot tersebut, masyarakat Indonesia sudah bisa melakukan hal tersebut (boikot) karena itu yang bisa dilakukan, mengingat jarak juga,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement