REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perusahaan kecerdasan buatan milik Elon Musk, xAI, meluncurkan bot 'Grok' pada akhir pekan lalu.
Peluncuran Grok menimbulkan sedikit kritik terhadap pesaing, sekaligus pengakuan xAI bahwa Grok masih dalam tahap awal. Namun, xAI mengatakan bot akan menjawab pertanyaan pedas yang ditolak oleh sebagian besar sistem AI lainnya, demikian dilansir Fortune, awal pekan ini.
Hal itu berbeda dengan pesaing Grok lain. Misalnya ChatGPT yang sempat mengatakan kepada Fortune, pihaknya tidak akan menjawab pertanyaan terkait bias atau propaganda politik, teori konspirasi, atau konten tidak masuk akal.
Pengumuman dari xAI tersebut juga mengklaim Grok-1—mesin yang menggerakkan layanan ini—mengungguli banyak pesaingnya dalam tahap pengujian. xAI mengatakan Grok diberi soal kata matematika, tugas kode Python, dan pertanyaan pilihan ganda multidisiplin, dan hasil yang dipublikasikan tampaknya menunjukkan Grok melampaui ChatGPT-3 dan Pi's Inflection-1.
Berdasarkan hasil xAI—tidak jelas apakah temuan ini telah diverifikasi oleh pihak independen—Grok memiliki akurasi lebih dari 60 persen dalam tiga dari empat pengujian. Namun, model AI milik Musk itu tidak memiliki sumber daya seperti ChatGPT4, dengan alasan model ini "dilatih dengan jumlah data pelatihan dan sumber daya komputasi yang jauh lebih besar".
Peluncuran Grok oleh xAI terbilang cepat. yang cepat. Grok baru menjalani pelatihan selama dua bulan. "Itu menunjukkan kemajuan pesat yang kami capai dalam melatih large language model (LLM) dengan efisiensi luar biasa," kata pernyataan xAI.
Musk kembali terlibat dalam persaingan teknologi AI setelah ikut mendirikan OpenAI pada 2015. Namun, Musk meninggalkan dewan direksi perusahaan pada 2018 dan sejak itu ia terlibat perang kata-kata dengan CEO saat ini Sam Altman.
Pada Mei, Musk, orang terkaya di dunia, mengatakan kepada CNBC, "Sayalah alasan OpenAI ada."
Altman membalas dengan menyebut Musk sebagai orang yang brengsek dan membalas dengan mengatakan bahwa CEO SpaceX itu tidak lebih dari sekadar cari perhatian. Meskipun, Altman mengakui bahwa Musk memiliki beberapa "kekuatan super" yang sangat membantu kita pada masa-masa awal OpenAI.