REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Bank Indonesia (BI) memberikan penjelasan mengenai penurunan cadangan devisa dalam beberapa bulan terakhir. Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan penurunan cadangan devisa tersebut berkaitan dengan kebutuhan untuk mengatasi tekanan global.
"Kita gunakan pada saat tekanan global seperti ini ya wajar," kata Perry dalam konferensi pers Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK), Jumat (3/11/2023).
Perry menuturkan, cadangan devisa memang dikumpulkan namun saat sedang panen. Untuk itu, Perry menyebut cadangan devisa sempat naik hingga 139 miliar dolar AS.
"Cadangan devisa (naik) pada saat inflow-nya besar dan ekspor juga besar. Nah kita gunakan saat tertentu saja ada tekanan global seperti ini," ucap Perry.
Perry menambahkan, penerapan DHE SDA juga sudah juga membantu peningkatan cadangan devisa. Perry menuturkan, term deposit valas yang di-//pass on// oleh perbankan dan investor ke BI saat ini mencapai 1,9 miliar dolar AS.
Dia menuturkan, angka tersebut belum semuanya karena PP Nomor 36 Tahun 2023 tentang Devisa Hasil Ekspor dari Kegiatan Pengusahaan, Pengelolaan, dan atau Pengolahan Sumber Daya Alam (DHE SDA) baru efektif pada November 2023. Perry mengatakan, efek dari PP tersebut masih harus dilihat selama tiga bulan ke depan.
"Kami yakin dengan PP itu dan sinergi pemerintah dari sisi moneter dan fiskal insyaallah stabilitas dan ketahanan kita akan kuat termasuk juga cadangan devisa kita lebih dari cukup," jelas Perry.
Berdasarkan data Bank Indonesia, posisi cadangan devisa per akhir September 2023 mencapai 134,9 miliar dolar AS. Angka tersebut turun dari bulan sebelumnya 137,1 miliar dolar AS.