Rabu 01 Nov 2023 21:58 WIB

Penggilingan: Harga Gabah dan Beras Tak Akan Turun Seperti Semula

Harga acuan gabah itu juga baru mengalami kenaikan pada Maret 2023 lalu.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Lida Puspaningtyas
Petani membawa padi IR 64 saat panen di kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, Senin (16/10/2023). Pada musim panen akhir tahun ini membawa kabar baik bagi petani di Yogyakarta. Pasalnya, tingginya harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) saat ini di tingkat petani. Untuk harga GKP mencapai Rp 6.700 per kilogram dan untuk harga GKG sebesar Rp 7.700 per kilogram. Sementara untuk HPP gabah GKP sebesar Rp 5 ribu per kilogram dan GKG sebesar Rp 5.100 per kilogram. Harga ini diprediksi masih bisa naik jika musim hujan terlambat dan baru terjadi pada tahun depan.
Foto: Republika/Wihdan Hidayat
Petani membawa padi IR 64 saat panen di kawasan Minggir, Sleman, Yogyakarta, Senin (16/10/2023). Pada musim panen akhir tahun ini membawa kabar baik bagi petani di Yogyakarta. Pasalnya, tingginya harga gabah kering panen (GKP) dan gabah kering giling (GKG) saat ini di tingkat petani. Untuk harga GKP mencapai Rp 6.700 per kilogram dan untuk harga GKG sebesar Rp 7.700 per kilogram. Sementara untuk HPP gabah GKP sebesar Rp 5 ribu per kilogram dan GKG sebesar Rp 5.100 per kilogram. Harga ini diprediksi masih bisa naik jika musim hujan terlambat dan baru terjadi pada tahun depan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras (Perpadi) meyakini harga gabah dan beras akan sulit untuk turun seperti semula. Pergerakan harga diproyeksikan akan kembali mencapai keseimbangan baru meskipun produksi kembali meningkat pada puncak musim panen rendeng tahun depan. 

Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso, mengatakan, rata-rata harga gabah kering panen (GKP) yang diterima penggilingan dari petani sudah berkisar Rp 7.000 per kilogram atau lebih tinggi dari harga acuan dari pemerintah sebesar Rp 5.000 per kg. 

Baca Juga

Sebagai catatan, harga acuan gabah itu juga baru mengalami kenaikan pada Maret 2023 lalu dari sebelumnya sebesar Rp 4.200 per kg. Pemerintah melalui Badan Pangan Nasional melakukan penyesuaian harga lantaran saat itu tren harga gabah telah mencapai lebih dari Rp 5.000 per kg. 

“Sepertinya tidak mungkin (harga gabah) kembali menjadi Rp 5.000. Tentu ini harus dihitung kembali. Menurut saya perlu revisi (harga acuan),” kata Sutarto saat ditemui di Jakarta, Rabu (1/11/2023). 

Kenaikan harga gabah dan beras yang terjadi saat ini selain imbas El Nino, biaya produksi gabah juga terus mengalami kenaikan. Sutarto menyebut, harga pupuk dan bibit sangat mempengaruhi harga produksi petani. Di sisi lain, rantai pasok beras yang masih belum efisien yang membuat harga sampai di tangan konsumen cukup tinggi. 

Sutarto mengatakan, kemungkinan harga ideal gabah kering panen (GKP) saat ini dalam situasi normal naik menjadi sekitar Rp 6.000 per kg. Harga itu dinilai telah memberikan keuntungan yang wajar bagi petani. 

Namun, sebagai dampaknya, kenaikan harga beras tidak bisa dihindari, terutama untuk beras jenis medium. Menurut Sutarto, dengan harga wajar gabah Rp 6.000 per kg, harga beras medium akan naik menjadi sekitar Rp 11.500 per kg-Rp 12.000 per kg atau lebih tinggi dari patokan harga eceran tertinggi (HET) beras medium sebesar Rp 10.900 per kg-Rp 11.800 per kg. 

Adapun harga riil beras medium saat ini tengah melonjak hingga lebih dari Rp 13 ribu per kg, berdasarkan catatan Badan Pangan Nasional. 

Sementara itu, harga untuk beras premium, Sutarto menilai masih dapat dipertahankan pada level Rp 13.900 per kg-Rp 14.800 per kg atau sesuai patokan HET saat ini. 

“Patokan HET beras premium masih bisa dipertahankan, tapi kalau beras medium jaraknya harus dikecilin dengan premium. HET sekarang terlalu jauh (perbedaannya),” kata Sutarto. 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement