Rabu 01 Nov 2023 13:49 WIB

BPS: Waspadai Dampak Inflasi Barang Impor

Dampak pelemahan rupiah bisa cepat namun bisa melambat.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini menyampaikan perkembangan Indeks Harga Konsumen Februari 2023 dan indikator strategis lainnya dalam konferensi pers, Rabu (1/3/2023).
Foto: Dok. Humas BPS
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa Badan Pusat Statistik (BPS) Pudji Ismartini menyampaikan perkembangan Indeks Harga Konsumen Februari 2023 dan indikator strategis lainnya dalam konferensi pers, Rabu (1/3/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pusat Statistik (BPS) menegaskan memang tidak melakukan perhitungan dampak pelemahan rupiah terhadap inflasi. Meskipun begitu, BPS memperingati dampak pelemahan rupiah terhadap inflasi khususnya barang impor perlu diwaspadai.

"Inflasi barang impor ini memang perlu diwaspadai dalam bulan-bulan ke depan," kata Deputi Bidang Statistik dan Jasa BPS Pudji Ismartini dalam konferensi pers, Rabu (6/10/2023).

Baca Juga

Dia menjelaskan, imported inflation atau inflasi barang impor dapat tercermin dari komoditas yang diimpor secara langsung. Begitu juga dalam bentuk bahan baku berasal dari produk impornya.

"Jadi komoditas itu misalnya bawang putih, mobil, mie kering instan, roti, kemudian tahu tempe karena berbahan baku kedelai. Itu komoditas yang akan terpengaruh terhadap imported inflation," jelas Pudji.

Pudji menilai, dampak pelemahan rupiah bisa cepat namun bisa melambat. Jadi, kata dia, komoditas yang mengandung komponen impor biasanya hasil industri pengolahan.

Meskipun begitu, Pudji menilai langkah preventif yang dilakukan Bank Indonesia (BI) dengan menaikkan suku bunga diharapkan mampu menahan dari sisi permintaan.

"Diharapkan dapat mengerem pada komoditas dengan komponen impor yang signifikan," ucap Pudji.

Sebelumnya, BI mengungkapkan ekonomi global masih mengalami perlambatan. Selain itu, kondisi geopolitik juga memanas. Mengatasi hal tersebut, BI pada hari ini (19/10/2023) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan.

"Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia pada 18 dan 19 Oktober 2023, memutuskan untuk menaikan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 basis poin (bps) menjadi enam persen," kata Gubernur BI Perry Warjiyo dalam konferensi pers RDG Bulanan BI Oktober, Kamis (24/8/2023).

Perry menambahkan, suku bunga deposit facility juga naik 25 bps menjadi 5,25 persen. Lalu, juga suku bunga lending facility juga masih tetap sebesar 6,75 persen.

"Kenaikan ini untuk memperkuat kebijakan stabilisasi nilai tukar rupiah dari meningkatnya ketidakpastian global sehingga inflasi tetap terkendali," ujar Perry.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement