REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir dan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno kompak membicarakan pentingnya kemandirian sektor digital, termasuk gim. Erick tak ingin Indonesia terus-menerus menjadi sekadar pasar bagi gim buatan luar negeri.
"Yang saya dengar dari industri kalangan anak muda itu, jangan sampai industri nasional dimonopoli, bahkan diturunkan sampai event-nya sampai semua turunannya dimonopoli, saya sangat keberatan," ujar Erick saat rapat dengan Sandiaga di kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu (25/10/2023).
Erick mengaku berupaya memperbaiki ekosistem gim di tanah air agar lebih berpihak pada kreasi anak bangsa. Erick menyampaikan pemerintah memiliki kemampuan untuk menjadikan gim lokal sebagai tuan rumah di negeri sendiri.
"Saya berharap di sini, kita coba kita perbaiki, kita tidak mau menjadi negara yang ekonominya tertutup, tetapi kebijakan kita untuk memayungi supaya kita tidak hanya menjadi market, ini menjadi penting," ucap Erick.
Erick menyampaikan, gamers atau pemain gim di Indonesia sangat banyak. Erick menilai hal ini menjadi potensi besar bagi ekonomi Indonesia.
"Jumlah pemain gim di Indonesia selalu meningkat setiap tahun saat ini mencapai kurang lebih 150 juta orang. Namun sayang, angka ini masih didominasi penggunaan gim buatan luar negeri. Dengan angka sebesar ini, kami dari pemerintah harus mendorong percepatan pengembangan industri gim lokal," sambung Erick.
Senada dengan Erick, Sandiaga pun sepakat dengan apa yang dikatakan Erick. Sandiaga pun menyoroti besarnya potensi ekonomi dari industri gim.
"Kita sudah melihat, dua sampai tiga miliar dolar AS yang dihasilkan 150 juta pemain atau games, 97 persen lebih itu dikuasai oleh gim buatan luar negeri," kata Sandiaga.