Selasa 17 Oct 2023 06:32 WIB

Jika Genosida Israel ke Palestina Meluas, Ini Dampaknya pada Ekonomi

Nilai impor Israel ke Indonesia pada 2020 adalah 56,5 juta dolar AS.

Rep: Rahayu Subekti/ Red: Lida Puspaningtyas
Sunarsip
Foto: istimewa
Sunarsip

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Opresi Israel terhadap Palestina belakangan ini mulai memanas sejak sejak Sabtu (7/10/20239). Ekonom Senior The Indonesia Economic Intelligence, Sunarsip menilai kondisi tersebut bisa berdampak kepada Indonesia jika konfliknya meluas.

"Bila perang tersebut kemudian tetap meluas maka akan mempengaruhi arus perdagangan Indonesia ke negara-negara Eropa lainnya," kata Sunarsip kepada Republika, Senin (16/10/2023).

Baca Juga

Meskipun begitu, dia mengatakan transaksi perdagangan Indonesia dengan Israel sangat rendah. Volume atau transaksi perdagangan Indonesia dengan Israel sampai satu persen dari total ekspor Indonesia.

"Hal ini memgingat, secara total pangsa ekspor kita dengan Eropa hanya sekitar 10 persen. Jadi, dampak perang Israel-Palestina tidak akan memberikan dampak terhadap perdagangan kita," jelas Sunarsip.

Berdasarkan data yang dimiliki Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat sejumlah komoditas yang diimpor dari Israel ke Indonesia.

"Kalau kita tidak memiliki hubungan diplomatik tidak berarti secara ekonomi kita tidak boleh melakukan hubungan dagang. Tetap bisa dilakukan karena ini sifatnya business to business," kata Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti dalam konferensi pers, Senin (16/10/2023).

Dia menjelaskan komoditas utama barang impor dari Israel yaitu mesin peralatan mekanis dan bagiannya. Begitu juga dengan perkakas dan peralatan logam tidak mulia, serta mesin perlengkapan elektrik dan bagiannya.

"Total impor Israel selama Januari sampai September 2023 adalah 14,4 juta dolar AS," ujar Amalia.

Sementara itu, nilai impor Israel ke Indonesia pada 2020 adalah 56,5 juta dolar AS. Lalu pada 2021 nilai impornya mencapai 26,5 juta dolar AS dan pada 2022 mencapai 47,8 juta dolar AS.

Sebelumnya, konflik Palestina-Israel kembali memanas ketika Hamas mulai melakukan Operasi Badai Al Aqsa yakni serangan mendadak dari segala penjuru. Serangan tersebut dilakukan termasuk serentetan peluncuran roket dan penyusupan ke Israel lewat jalur darat, laut, dan udara.

Hamas mengungkapkan bahwa operasi tersebut sebagai balasan atas penyerbuan terhadap Masjidil Aqsa di wilayah Yerusalem Timur yang diduduki, dan peningkatan kekerasan oleh pemukim Israel terhadap warga Palestina.

Militer Israel kemudian melancarkan Operasi Pedang Besi untuk menargetkan Hamas di Jalur Gaza. Aksi balasan tersebut meluas hingga memutus pasokan air dan listrik ke Jalur Gaza sehingga memperparah kondisi kehidupan di wilayah yang terkepung sejak 2007.

Hingga Jumat (13/10/2023) sebanyak 1.843 warga Palestina dinyatakan meninggal dunia, dan 7.138 orang lainnya terluka akibat serangan Israel yang dilancarkan setelah Hamas menyerang Israel pada tanggal 7 Oktober. Sementara itu, Israel kehilangan 1.200 nyawa akibat serangan Hamas.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement