REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Setelah lolos uji statis, bahan bakar biovatur J2.4 atau yang dinamakan Sustainable Aviation Fuel (SAF) berhasil lolos uji ground test dan uji terbang pertamanya pada maskapai Garuda Indonesia. PT Pertamina Patra Niaga menyatakan, bersiap membangun infrastruktur untuk penyaluran bahan bakar terbaru tersebut.
“Pertamina Patra Niaga bertanggung jawab mempersiapkan sarfas dan kompetensi tim dalam menyalurkan SAF sebagai inovasi bahan bakar aviasi yang lebih baik bagi industri penerbangan,” kata Direktur Utama Pertamina Patra Niaga, Riva Siahaan.
Ia menuturkan, saat ini, Pertamina Patra Niaga sudah menerima stok SAF di Soekarno Hatta Aviation Fuel Terminal & Hydrant Installation (SHAFTHI) dan menjaga agar kualitas SAF tersebut selalu sesuai untuk digunakan dalam seluruh rangkaian tes.
Tim Peneliti PT LAPI ITB menyatakan dari hasil uji ground test dan uji terbang SAF yang dilakukan, hasilnya positif di mana respons pesawat baik dan tidak menunjukkan perbedaan signifikan antara bahan bakar aviasi Jet-A1.
“Harapannya, bisa dilanjutkan pengembangannya bersama seluruh pihak terlibat untuk digunakan dalam penerbangan komersial, nantinya SAF akan dipasarkan melalui PT Pertamina Patra Niaga untuk industri aviasi Indonesia,” terang Riva.
Riva turut mengatakan bahwa SAF ini merupakan bahan bakar dengan bauran energi terbarukan dengan keunggulan salah satunya adalah lebih rendah emisi dan ramah terhadap lingkungan.
Ia memastikan, Pertamina Patra Niaga juga terus mempersiapkan diri agar penyaluran SAF bisa berjalan dengan baik, mengingat penggunaan SAF sudah masuk dalam agenda transisi energi di dunia, bahkan telah digunakan di beberapa bandara oleh maskapai penerbangan.
“Ini juga akan menjadi langkah Pertamina grup menjalankan program transisi energi sekaligus untuk mencapai target Net Zero Emission 2060,” tukas Riva.
Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati turut menyampaikan bahwa Pertamina sebagai perusahaan energi terus berupaya untuk mengembangkan bahan bakar hijau salah satunya dengan memproduksi SAF untuk industri aviasi Indonesia.
“Harapannya SAF bisa dapat segera dipasarkan penerbangan komersial sebagai tonggak utama pengembangan green energy di Indonesia dan berkontribusi pada program dekarbonisasi,” ungkap Nicke.