Jumat 13 Oct 2023 07:45 WIB

Pakar: Pangan Lokal Bisa Jadi Solusi Ketahanan Nasional

Monokultur padi sangat teracam saat El Nino karena pasokan air berkurang.

Petani Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang memanen telo Mangul dari lahan persawahan Mangul, pada awal panen raya, Ahad (15/1).
Foto: Repubblica/Bowo Pribadi
Petani Desa Sepakung, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang memanen telo Mangul dari lahan persawahan Mangul, pada awal panen raya, Ahad (15/1).

REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR -- Pangan lokal seperti umbi-umbian dapat menjadi solusi untuk mencapai ketahanan pangan nasional, terutama saat terjadi kekeringan akibat El Nino.

"Pangan lokal yang ada di sekitar harus didorong untuk menopang ketahanan pangan nasional. Apalagi sumber pangan lokal kita cukup banyak tersedia," kata Dosen dan Peneliti Pangan di Sekolah Ilmu dan Teknologi Hayati Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr Angga Dwiartama pada diskusi virtual yang dipantau di Makassar, Kamis (12/10/2023).

Baca Juga

Dalam memperingati Hari Ketahanan Pangan sedunia, di kota besar Indonesia, Angga menjelaskan, dampak El-Nino terhadap sentra produksi pangan yang saat ini berpusat di Jawa, Sumatra, Lampung, dan Sulawesi Selatan. "Kurangnya lahan produksi serta minimnya akses masyarakat terhadap lahan menjadi salah satu faktor yang memperburuk dampak El Nino terhadap turunnya produksi pangan," katanya.

Karena akses terhadap lahan terbatas, lanjut dia, akhirnya kelompok masyarakat cenderung menerapkan sistem pertanian intensif monokultur, seperti menanam padi yang memiliki nilai ekonomi. Masalahnya, pertanian padi sangat bergantung dengan ketersediaan air. Sehingga, di masa kekeringan akibat El Nino dengan tingkat risiko gagal panen yang tinggi menyebabkan tingkat kerentanan petani juga semakin meningkat.

Sepakat dengan Angga, Nugroho Hasan, CEO Kans.id, Konsultan Pemberdayaan Masyarakat dan Pertanian Berkelanjutan, mengatakan, El Nino menyebabkan penurunan produksi pangan oleh petani.

Secara umum, meskipun produktivitas hasil produksi padi di Jawa Tengah masih cukup baik di daerah Boyolali dan Klaten, tapi efek dari El Nino menyebabkan hasil produksi turun dari angka rata-rata 7-8 ton per hektare menjadi hanya 5-6 ton per hektare dan ada kenaikan pada harga Gabah Kering Panen (GKP).

 

 

 

sumber : ANTARA
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement