REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Ethereum, mata uang kripto terbesar kedua, mungkin akan naik nilainya lebih dari lima kali lipat pada akhir 2026, menurut bank global Standard Chartered berdasarkan prediksi terbarunya mengenai meroketnya harga kripto.
Seperti dilansir dari laman Reuters, Rabu (11/10/2023), Ether mungkin mencapai 8.000 dolar AS dalam dua tahun ke depan karena penggunaannya lebih luas dalam perjanjian berbasis blockchain, gim, dan tokenisasi aset tradisional.
Ether diperdagangkan pada Rabu (11/10/2023) sekitar 1,575 dolar AS.
Kepala Penelitian FX, West, StanChart Geoff Kendrick menilai nilai mata uang kripto penuh dengan kesulitan, karena token seperti ether atau bitcoin yang tidak didukung oleh aset tradisional, juga tidak memiliki alat ukur seperti yang digunakan untuk menentukan harga saham, obligasi, atau mata uang. Harga token kripto umumnya didorong oleh sentimen investor.
"Kami melihat level 8.000 dolar AS sebagai batu loncatan menuju perkiraan penilaian struktural jangka panjang kami sebesar 26.000 dolar AS-35.000 dolar AS," kata Kendrick.
"Penilaian tersebut mengasumsikan penggunaan dan aliran pendapatan di masa depan yang mungkin belum muncul, meskipun penggunaan gim dan tokenisasi di dunia nyata harus mendukung pengembangannya," tambahnya.
Kendrick mengatakan, perkiraan penilaian struktural merupakan jangka sangat panjang, katakanlah pada 2040. Ether telah naik sekitar 30 persen tahun ini, meskipun masih hampir 70 persen di bawah level tertinggi sepanjang masa sekitar 4,869 dolar AS, yang dicapai pada November 2021.
StanChart mengatakan pada Juli bahwa token bitcoin dapat mencapai 50 ribu dolar AS tahun ini dan 120 ribu dolar AS pada akhir 2024. Bitcoin terakhir diperdagangkan pada harga sekitar 27,275 dolar AS kemarin.