Kamis 05 Oct 2023 22:10 WIB

Kemenkeu: Bonus Demografi Jadi Prasyarat RI Peringkat 5 PDB Dunia

Per 2022, Indonesia masih menduduki peringkat ke-16 PDB di dunia.

Populasi Indonesia (ilustrasi)
Populasi Indonesia (ilustrasi)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Staf Khusus Menteri Keuangan Bidang Komunikasi Strategis Kemenkeu Yustinus Prastowo menyampaikan bahwa pemanfaatan bonus demografi yang efektif menjadi cara agar Indonesia mampu mencapai target peringkat ke-5 Produk Domestik Bruto (PDB) terbesar di dunia pada 2045 mendatang.

“Itu bisa terwujud jika prasyaratnya terpenuhi, kalau bonus demografi bisa kita konversi menjadi investasi demografi yang menghasilkan dividen 2045, bukan berubah menjadi kutukan demografi,” kata Yustinus dalam seminar UangKita Talks di Universitas Hasanudin, dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis (5/10/2023).

Baca Juga

Per 2022, Indonesia masih menduduki peringkat ke-16 PDB di dunia berdasarkan acuan dolar AS. Yustinus menilai bahwa bonus demografi yang tengah dirasakan Indonesia harus benar-benar dimanfaatkan secara efektif.

Sekitar 70 persen warga negara Indonesia saat ini berusia produktif, sehingga dependensi rasio ekonomi semakin rendah. Adapun bonus demografi merupakan fenomena di mana sebuah negara mempunyai jumlah penduduk usia produktif pada rentang usia 15 hingga 64 tahun yang lebih banyak dari penduduk yang tidak produktif.

Lebih lanjut, Yustinus juga memprediksi bahwa kontribusi industri manufaktur terhadap PDB juga akan meningkat dari yang sebelumnya 20,5 persen, menjadi 26 persen pada 2045 mendatang.

Menurut Yustinus, saat ini menjadi momentum bagi Indonesia untuk memainkan perannya dalam kancah perekonomian internasional, khususnya di kawasan Asia. Ia memberikan contoh Cina yang tengah mengalami kontraksi dalam perekonomiannya.

Ekonomi Cina diprediksi akan turun secara signifikan dalam jangka panjang, dan hal tersebut akan berdampak terhadap ekonomi negara-negara yang bermitra dengan Cina termasuk Indonesia. Begitu juga dengan yang terjadi di Amerika Serikat (AS) saat ini yang mengalami perlambatan ekonomi.

Momentum itu perlu dimanfaatkan Indonesia untuk memperluas jangkauan perekonomiannya di kawasan. “Artinya apa? Akan terjadi perebutan pasar yang lebih keras di Asia dan Asia Tenggara ini, lalu kita mau di mana Indonesia ini, kemudian kita bisa lebih strategis mengoptimalkan sumber daya kita untuk bisa ber-partner, bermitra dengan semakin banyak negara,” ujar Yustinus.

Pada lain kesempatan, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto juga menargetkan PDB Nominal Indonesia mencapai 9,8 triliun dolar AS pada 2024, dengan Produk Nasional Bruto (PNB) per kapita 30.300 dolar AS.

Ia menyasar porsi penduduk kategori middle income sebesar 80 persen, dengan kontribusi industri manufaktur pada PDB mencapai 28 persen dan penyerapan 25,2 persen tenaga kerja. Oleh karena itu, menurutnya pendekatan pembangunan perlu diubah dari reformatif menjadi transformatif yang setidaknya mencakup pembangunan infrastruktur baik soft maupun hard, sumber daya manusia, riset, inovasi, reformasi regulasi, tata kelola data dan pengamanannya serta peningkatan investasi dan sumber pembiayaan.

 

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement