Senin 02 Oct 2023 09:58 WIB

IHSG Dibuka Naik Dekati Level 7.000

Indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu ditutup beragam.

Rep: Retno Wulandhari/ Red: Lida Puspaningtyas
Foto multiole eksposure pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile  di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Foto multiole eksposure pengunjung mengamati data saham melalui aplikasi IDX Mobile di dekat layar yang menampilkan indeks harga saham gabungan (IHSG) di kantor PT Bursa Efek Indonesia (BEI) di Jakarta, Kamis (24/8/2023). IHSG ditutup melemah 0,32% ke 6899,39 pada akhir perdagangan. IHSG sempat mencapai posisi tertinggi di 6.937,64 dan terendah di 6.898,38 sepanjang sesi. Sebanyak 219 saham ditutup di zona hijau, 308 saham melemah, dan 215 saham lainnya ditutup di posisi yang sama.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka di zona hijau pada perdagangan Senin (2/10/2023). IHSG menguat ke level 6.956,98 dari level 6.939,89 pada penutupan perdagangan akhir pekan lalu, Jumat 29/9/2023). 

Kenaikan IHSG sejalan dengan pergerakan indeks saham di Asia pagi ini yang dibuka beragam dengan kecenderungan menguat. Nikkei melompat tajam hingga 1,55 persen dan Strait Times menguat 0,26 persen. 

Baca Juga

"Indeks didukung sentimen positif dari tercapainya kesepakatan di Kongres (MPR) AS untuk menghindari berhentinya aktivitas Pemerintah AS (Shutdown)," tulis Phillip Sekuritas Indonesia dalam risetnya.

Di sisi lain, indeks berpotensi dibayangi oleh rilis data Composite PMI Cina pada Ahad kemarin yang mencatatkan laju ekspansi paling lambat sejak Januari. Data PMI dari negara-negara Asia lain juga akan dirilis minggu ini.

Investor juga mencerna rilis data Tankan Survey yang memperlihatkan tingkat kepercayaan (confidence) perusahaan manufaktur besar di kuartal III 2023 yang membaik. Ini mengindikasi ekonomi Jepang berhasil melampaui berbagai tantangan dari perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Indeks saham utama di Wall Street akhir pekan lalu ditutup beragam. Investor menyambut baik rilis data inflasi yang lebih baik dari ekspektasi, namun semakin gelisah karena peluang terjadinya shutdown semakin besar.

Pimpinan House of Representatives (DPR) AS yang berasal dari Partai Republik gagal meloloskan RUU Belanja untuk jangka pendek pada Jumat lalu. Hal ini memperkuat ketakutan para politisi di parlemen tidak akan mencapai kesepakatan tepat waktu.

Sepanjang minggu lalu, DJIA terpangkas 1,3 persen dan S&P 500 menciut 0,7 persen, sementara NASDAQ naik tipis 0,06 persen. Sepanjang September, DJIA mundur 3,5 persen, sementara S&P 500 dan NASDAQ masing-masing jatuh 4,9 persen dan 5,8 persen. 

Bagi S&P 500 dan NASDAQ, ini adalah kinerja bulanan terburuk di tahun ini. Untuk kuartal III 2023, ketiga indeks utama juga mencatatkan kinerja yang buruk dengan S&P 500 anjlok 3,7 persen, NASDAQ terkoreksi 4,1 persen, dan DJIA merosot 2,6 persen.

Dari sisi makroekonomi, investor mencerna rilis data Personal Consumption Expenditures (PCE) Price Index yang naik 3,5 persen yoy di Agustus. Posisi ini tertinggi dalam empat bulan, lebih cepat dari laju kenaikan 3,4 persen yoy di Juli dan sesuai dengan ekspektasi pasar.

"Hal ini memberi sinyal tekanan inflasi kembali menguat didorong oleh lonjakan harga bahan energi. Core PCE Price Index naik 3,9 persen yoy, tertinggi sejak Mei 2021, dan sejalan dengan ekspektasi pasar," kata Phillip Sekuritas Indonesia.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement